GLAD
"Aku mencintaimu Candice."
Tubuhku langsung menegang kaku mendengar kata-kata yang meluncur dari bibir Jake di sela-sela ciuman kami. Dan... dan kedua mataku langsung terasa panas. Tidak. Aku tidak boleh menangis, ayolah bekerja sama denganku kali ini mata, bisikku dalam hati.
Tiba-tiba Jake menarik diri dan memandangiku dengan kening yang berkerut, "Ada apa sayang, mengapa kau tiba-tiba jadi diam?" Tanyanya sambil membelai wajahku.
"Aku tidak apa-apa Jake, hanya merasa lelah saja." Jawabku dengan suara yang di buat setenang mungkin. Tak lupa aku menyunggingkan senyumku senatural mungkin.
Jake menghembuskan nafasnya penuh dengan kelegaan, "Aku pikir aku telah menyakitimu, sayang." Sahutnya sambil menarik tubuhku ke dalam pelukannya.
"Tidak, Jake." Tapi kau sudah menorehkan luka di hatiku semakin dalam, aku seperti pelampiasanmu saja, sambungku dalam hati.
Jangan seperti ini kepadaku Jake, jangan. Kau hanya semakin membuatku terluka. Perlakuanmu membuatku semakin mencintaimu meskipun aku tahu bahwa kau tidak mencintaiku, Jake. Saat ini aku bingung harus bersikap seperti apa kepadamu, Jake. Haruskah aku berpura-pura tak mendengar kata-katamu tadi?
"Jake, aku ingin pulang. Aku lelah." Gumamku yang masih berada di dalam dekapannya.
"Iya, kita akan pulang. Tapi biarkan aku seperti ini dulu sebentar lagi, kumohon." Pintanya sambil memepererat pelukannya di tubuhku.
Aku hanya terdiam, membiarkannya memeluk tubuhku. Ya Tuhan, hatiku benar-benar sakit rasanya seperti di remas-remas dan di tusuk oleh ribuan pisau. Jantungku seperti di iris dengan perlahan membuat rasa sakitnya semakin menjadi. Aku ingin menangis sekencang-kencangnya namun entah mengapa air mataku tak mau keluar.
"Bantu aku keluar dari bayang-bayang masa lalu. Aku mohon, Glad."
Kata-katanya yang begitu tulus itu terus menerus terngiang-ngiang di telingaku seperti kaset yang sengaja di putar berulang-ulang dengan lagu yang sama.
"Aku ingin melupakan masa laluku dan mulai mencintaimu."
Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku akan sanggup bertahan jika nanti Jake menyebutkan kembali nama seseorang di masa lalunya itu. Lalu apa yang harus aku lakukan jika masa lalu Jake tiba-tiba kembali dan mengusik kami berdua? Mungkin jika harus memilih aku hanya memiliki dua pilihan saja. Bertahan atau mengalah, melepaskan Jake kembali kepada masa lalunya itu.
"Hei sayang, ada apa? Aku perhatikan kau seperti sedang memikirkan sesuatu?" Lagi-lagi Jake mengejutkanku.
"Ah, maafkan aku Jake. Aku hanya sedang memikirkan pekerjaan di kantor dan skripsiku saja." Dustaku.
"Fokuslah pada skripsimu sayang, biar aku dan Leon yang akan mengambil alih semua pekerjaanmu. Sekarang ini kau kekasihku." Hiburnya sambil mencubit hidungku dengan gemas.
"Tapi itu tanggung jawabku, Jake." Aku bersikeras untuk tetap menjalankan tugas-tugasku di kantor dan di kampus.
"Aku tidak suka di bantah, sayang." Tegasnya lagi kemudian mencium bibirku kilat dan membawaku menuju mobil.
Aku akan bertahan Jake, tak peduli akan seperti apa kita nanti. Hanya itulah yang bisa aku lakukan.
***
Tidak terasa sudah empat bulan aku dan Jake berpacaran. Pertengkaran sering terjadi di antara kami, tapi aku menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa. Karena selebihnya hubungan kami baik-baik saja. Jake lebih sering tersenyum, tidak seperti duku yang selalu bersikap bagaikan patung es yang tak bisa mencair dan tersentuh.
Hingga pada suatu hari, saat yang paling aku takutkan sejak pertama kali menerima pengakuan cinta Jake tiba. Perasaan takut kembali menyerangku, perasaan yang selama ini aku kubur dalam-dalam. Candice kembali, masa lalu Jake kembali. Kami tidak sengaja bertemu dengannya di bandara saat kami baru saja pulang menghadiri sebuah pertemuan di kota lain.
Sejak saat itu Jake lebih banyak diam. Ia kembali menjadi patung es dan tak tersentuh. Hanya pertemuan singkat dengan masa lalunya sudah memberikan imbas yang buruk kepada hubungan kami. Bagaimana jika mereka sering bertemu dan saling berbicara? Sabar Glad sabar, setidaknya Jake masih berada di sisimu. Ia bahkan menolak mentah-mentah saat Candice mengajaknya bertemu dan lebih memilih bersamamu, tegur kata hatiku.
Tapi semuanya tak sama, rasanya ada yang hilang. Aku seperti memiliki raganya tidak dengan hatinya. Seperti pungguk merindukan bulan, seperti itulah yang aku rasakan seperti ini. Cintaku bertepuk sebelah tangan dan rasanya sangat sakit.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Jake?" Setelah beberapa hari membiarkan Jake tenggelam dalam pikirannya. Sekaranglah saatnya aku bertanya padanya.
"Aku tidak apa-apa, sayang." Timpalnya dengan datar. Hatiku langsung terasa sakit mendengarnya.
"Jangan berbohong kepadaku, Jake." Entah mengapa suaraku naik satu oktaf dan penuh emosi.
Jake terperanjat mendengarku, "Sayang, ada apa denganmu?" Tanyanya dengan kening yang berkerut.
"Seharusnya aku yang bertanya, Jake. Ada apa denganmu sebenarnya? Kau tahu, beberapa hati belakangan ini kau seolah yang menganggapku ada,Jake. Kau mengacuhkanku, seperti aku ini hantu yang tak terlihat." Pekikku dengan air mata yang kini telah berkumpul dan siap membanjiri pipiku.
"Sayang, jangan menangis kumohon." Jake langsung menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Air mataku akhirnga tumpah di dadanya, "Aku tidak bermaksud untuk mengacuhkanmu seperti ini, sayang. Maafkan aku." Ungkapnya tulus.
Dan itu semakin membuat tangisku semakin kencang. Bagaimana bisa aku melepaskanmu begitu saja, Jake. Karena separuh hatiku telah kau miliki Jake. Tapi aku tak mau menjadi seseorang yang egois. Aku tak ingin memaksamu untuk mencintaiku meskipun aku berharap kau bisa mencintaiku dengan sepenuh hatimu.
Tuhan, aku benar-benar bingung dengan semua ini. Kepalaku rasanya mau meledak. Bahkan saat ini aku berharap bahwa aku tak pernah bertemu dengan Jake sama sekali.
"Jake, aku da...." sebuah suara yang asing tiba-tiba terdengar.
Otomatis aku langsung mendorong Jake menjauh namun ia semakin mengetatkan pelukannya di tubuhku, "Jake lepaskan aku." Aku panik karena ternyata pemilik suara itu adalah Candice.
"Aku tidak akan melepaskanmu, sayang." Bisiknya tepat di telingaku.
"Jadi... jadi ini alasanmu menghindariku dan mengacuhkanku, Jake?" Pekik Candice tertahan.
"Tung-tunggu dulu ini tidak seperti yang kau pikirkan." Dengan tergugup aku berusaha menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
"Aku tak menyangka kau tega berbuat seperti ini kepadaku, Jake dan kau lebih memilih wanita jalang ini daripada aku?" Cecar Candice dengan tatapan yang terluka.
Ya, kau memang wanita jalang Glad. Kau sudah merebut Jake dari kekasihnya. Kau sudah mencintai orang yang salah dan tak seharusnya kau jatuh cinta kepada Jake, salah satu sisi diriku mencibir sambil memberikanku tatapan sinisnya. Tidak. Tidak, demi Tuhan aku tidak pernah berniat untuk merebut Jake dari Candice.
"Jaga kata-katamu, Candice. Glad bukan wanita seperti yang kau tuduhkan itu." Suara Jake yang sedingin es langsung menyadarkanku dari pertempuran yang terjadi di dalam kepalaku.
"Jelas-jelas wanita ini yang telah menggodamu dan membuatmu berpaling dariku, Jake. Sebutan jalang sangat cocok untuknya." Teriak Candice yang kini pipinya telah di basahi oleh air mata.
"Kau juga bersalah Candice, semua ini terjadi karena kau!" desis Jake sambil menunjuk Candice tepat di wajahnya.
"Apa? Kau menyalahkanku, Jake? Kau benar-benar kejam." Candice berteriak kepada kami berdua kemudian pergi ke meninggalkan ruangan Jake.
"Jake, cepat kejar Candice. Kita harus menyelesaikan semuanya." ucapku panik.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, sayang." timpal Jake sambil mengecup puncak kepalaku dengan sayang.
"Tidak Jake tidak, kau harus menyelesaikan masalah ini. Aku takkan pernah bisa tenang, Jake." pintaku dengan mata yang memanas.
"Apakah kau menyuruhku pergi?" tanya Jake.
"Tidak Jake, bukan seperti itu. Hanya saja aku tidak bisa seperti ini. Aku tak ingin di anggap menari di atas penderitaan orang lain. Aku tahu bahwa kau masih mencintainya, jauh di dasar hatimu. Kau tidak bisa membohongiku, Jake." Aku bisa merasakan tubuh Jake menegang.
Jake membalik tubuhku menghadap dirinya, "Apakah kau yakin dengan kata-katamu, sayang?" tanyanya hati-hati.
"Aku yakin, Jake." Jawabku mantap.
"Dengar, aku tak ingin menyakitimu sayang. Hanya saja aku tak yakin akan kembali jika aku pergi menemui Candice." Tuturnya dengan ekspresi kesakitan di wajahnya.
Aku menghela nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan nafasku, "Pergilah Jake, aku yakin kau akan kembali kepadaku. Meskipun aku tak tahu kapan waktunya akan tiba."
Jake kembali memelukku, "Maafkan aku Glad, maafkan aku." Jake terus mengucapkan kata maaf sambil terus menciumi puncak kepalaku.
Jangan menangis Glad, jangan menangis, gumamku dalam hati "Pergilah Jake." Ucapku dengan suara datar yang di paksakan.
Akhirnya pelukan Jake melonggar. Kami saling berpandangan, bisa kulihat dengan jelas pergulatan batin lewat ekspresi di wajahnya. Dengan menguatkan hati dan perasaanku, aku memberanikan diri untuk menciumnya. Menciumnya dengan sepenuh hatiku. Aku hanya ingin Jake tahu perasaanku yang sebenarnya. Aku takkan pernah berubah sedikitpun.
Jake menangkup wajahku, ciuman kami begitu dalam. Begitu tergesa-gesa. Seolah kami tidak memiliki lagi waktu untuk bersama. Mungkin saja ini akam menjadi ciuman terakhirku dengan Jake. Ketika nafasku mulai terengah aku langsung menarik diri.
"Pergilah Jake." Ucapku.
"Aku menyayangimu Glad, sangat." Ungkapnya tulus.
"Aku tahu, Jake." Timpalku sambil memaksakan untuk tersenyum, "Pergilah dan hati-hati, aku harus kembali ke kantor." Lanjutku sambil bergerak ke arah pintu keluar.
Jake mengikuti dari belakang. Selama perjalanan menuju ke tempat parkir kami berdua hanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku mengumpat dalam hati karena lift yang melaju begitu lambat. Semakin lama bersama Jake hanya semakin membuatku semakin tak ingin melepaskannya. Aku takut berubah pikiran.
Sesampai di tempat parkir Jake tidak langsung masuk ke dalam mobilnya. Ia malah kembali memelukku, sangat erat.
"Aku harus pergi, Jake." Aku menginterupsi kegiatannya.
"Aku akan merindukanmu." Ucapnya sambil memebelai rambutku, namun aku hanya tersenyum. Kemudian Jake kembali menciumku. Sepertinya ini benar-benar akan menjadi ciuman perpisahan kami.
***
Saat ini aku sudah berada di dalam mobilku dalam perjalan kembali ke kantor. Air mataku langsung turun dengan derasnya. Pertahanku akhirnya runtuh. Hatiku hancur berkeping-keping. Tuhan, rasanya begitu menyakitkan. Aku tak bisa sekuat batu karang yang tetap berdiri kokoh meskipun di terjanga oleh obak di lautan.
Yang aku bisa lakukan hanya menunggu. Kembali menata hatiku yang kini menjadi serpihan dan berserakan. Entah sampai kapan perasaan cintaku kepada Jake akan tetap bertahan. Hanya waktulah yang bisa menjawab semuanya dan kembali menyatukanku dengan kepingan jiwaku yang telah di bawa oleh Jake.
You're everything I thought you never were
And nothing like I thought you could
have been
But still you live inside of me,
So tell me how is that?
You're the only one I wish I could
forget
The only one I love to not forgive
And though you break my heart,
You're the only one
And though there are times when I
hate you
'Cause I can't erase
The times that you hurt me and put
tears on my face
And even now, while I hate you,
It pains me to say
I know I'll be there at the end of the day
I don't wanna be without you, babe
I don't want a broken heart
Don't wanna take a breath without you, babe
I don't wanna play that part
I know that I love you, but let me just say
I don't wanna love you in no kind of
way, no no
I don't want a broken heart
I don't wanna play the broken-hearted girl
No, no, no broken-hearted girl
I'm no broken-hearted girl
There's something that I feel I need
to say
But up til' now I've always been afraid
That you would never come around
And still I wanna put this out
You say you've got the most respect
for me
But, sometimes I feel you're not
deserving of me
And still, you're in my heart
But you're the only one
And yes, there are times when I hate
you,
But I don't complain
'Cause I've been afraid that you would walk away
Oh, but now I don't hate you
I'm happy to say
That I will be there at the end of the day
Now I'm at a place I thought I'd
never be, ooh
I'm living in a world that's all about
you and me, yeah
Ain't gotta be afraid, my broken heart is free
To spread my wings and fly away, away with you..., yeah, yeah, yeah
I don't wanna be without my baby
I don't want a broken heart
Don't wanna take a breath without my baby
I don't wanna play that part
I know that I love you, but let me just say
I don't wanna love you in no kind of
way, no no
I don't want a broken heart
I don't wanna play the broken-hearted girl
No, no, no broken-hearted girl
Broken-hearted girl
No, no, no broken-hearted girl
No broken-hearted girl
(Beyonce - Broken Hearted Girl)