Amanda Rain Jefferson gadis cantik berdarah Indonesia-Amerika, saat ini namanya sudah banyak di kenal. Tak hanya di tanah kelahirannya tapi di daratan eropa dan amerika namanya sudah terkenal sebagai seorang model, aktris dan penyanyi.
Meskipun begitu sebisa mungkin Manda tetap menjadi dirinya sendiri yang terlahir sebagai wanita yang berasal bangsa timur. Ketika pagelaran busana atau pemotretan Manda tidak pernah mau memakai pakaian yang terbuka dan sangat sexy. Karena menurutnya sexy itu tak melulu harus memamerkan seluruh badan dengan pakaian ketat dan kekurangan bahan. Karena itulah banyak sekali hal yang membedakan Manda dengan aktris dan model kebanyakan.
Di saat aktris lain berlomba memakai pakaian sexy bahkan hingga memakai underware pun tak memungkinkan Manda tetap dengan style yang casual. Memakai gaun yang tidak terlalu banyak mengekspose kulit kecoklatannya yang indah dan eksotis itu. Justru itulah banyak sekali pria yang tertarik dan penasaran dengannya.
Dan banyak pria tampan yang harus patah hati ketika Manda menjatuhkan pilihannya kepada aktor tampan yang beberapa waktu lalu baru saja putus dengan Vannesa Hudgens. Yup, siapa lagi jika bukan Zac Efron. Kedekatan mereka berdua mulai tercium publik di awal tahun 2011. Sejak saat itulah mereka berdua terlihat menghabiskan waktu bersama-sama. Di mana ada Manda di situ pula ada Zac.
Sayangnya hubungan mereka berdua harus kandas di tengah jalan. Menurut sumber yang terdekat Manda memutuskan Zac di awal tahun 2012. Hubungan mereka retak karena kedekatan Zac dengan aktris Lily Collin yang kedekatannya tak wajar. Sebenarnya Zac dan Lily sudah mulai dekat sejak pertengahan tahun 2011. Karena sejak itu pula hubungan Zac dan Manda mulai sering mengalami pertengkaran demi pertengkaran. Hingga puncaknya Manda memutuskan hubungan asmaranya dengan Zac.
Banyak orang yang menilai dan menyebut Zac pria bodoh karena menduakan Manda dengan Lily Collin. Padahal semua orang juga tahu berapa banyak pria yang berlomba untuk mendekatinya. Tapi Zac malah menyia-nyiakannya seperti itu.
Sementara Zac sibuk berganti-ganti kekasih setelah putus. Keadaan berbeda dan terbalik di jalani Manda sekarang. Meskipun berkali-kali di dekati oleh banyak pria tampan Manda masih bergeming. Bukan karena masih trauma atau masih mencintai Zac. Tapi untuk saat ini Manda tidak mau pacaran dulu. Kalaupun ada pria yang membuatnya bertekuk lutut pastinya pria itulah yang akan di pilihnya sebagai pasangan hidupnya. Karena yang di carinya saat ini adalah bukan pacar melainkan calon suami. Meskipun umur Manda baru menginjak dua puluh empat tahun dan kariernya sedang berada di puncak. Jika pria yang jadi kekasihnya kelak melamarnya dengan senang hati Manda akan menerima lamarannya itu.
***
Sementara itu di tempat yang berbeda, Paul sedang bersama putri semata wayangnya Meadow. Mereka sedang mengobrol sambil menonton TV. Saat itu Paul sedang menemani putrinya menonton acara musik. Kebetulan ada beberapa video klip milik Manda yang di putar.
"Daddy..." panggil Meadow meskipun matanya tetap terpaku ke layar televisi.
"Ya?" Timpal Paul singkat.
"Menurut daddy Manda cantik, nggak?" Meadow mengalihkan pandangannya menatap balik sang ayah.
Paul sempat merasa terkejut dengan pertanyaan putrinya itu. Apakah Meadow sudah tahu bahwa selama ini dirinya menyimpan perasaan kepada Manda?
"Kenapa daddy malah diem, sih. Tinggal jawab aja juga." Desak Meadow sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ummm..." Paul masih terdiam.
"Ah, aku tahu. Jangan-jangan sebenarnya daddy suka lagi." Tebaknya sambil menyipitkan matanya dengan penuh selidik.
Ah, putriku benar-benar sudah besar. Tapi apakah wajahku terlihat seperti seseorang yang sedang kasmaran? Ayolah Paul, kau ini bukan seorang remaja yang baru pertama kali jatuh cinta.
"Daddy diam saja sambil senyum-senyum. Berarti daddy memang benar diam-diam menyukai Manda. Kenapa ayah nggak PDKT aja." Tukas Meadow bersemangat.
"Kamu ini, mana mau Manda sama Dad. Manda tuh cantik, masih muda lagi. Dad terlalu tua buat dia." Jawabku sambil tersenyum miris.
"Ah, Dad belum apa-apa udah pesimis duluan. Coba dulu dong, Dad. Kan daddy sendiri tahu kalau Manda itu beda sama cewek-cewek kebanyakan. Punya aura keibuan yang memancar kuat. Aku pasti seneng banget kalau idola aku jadi ibuku, Dad." Jelas Meadow dengan wajah yang bahagia dan mata yang berbinar-binar.
"Tapi daddy harus mulai darimana buat deketin dia, sayang? Daddy sama Manda belum pernah di undang ke acara yang sama." Jelasku pasrah.
"Hmmm, tapi Meadow yakin kalau sebentar lagi daddy bakalan ketemu sama Manda." Timpal Meadow lagi dengan senyuman maut miliknya.
"Semoga saja benar, sayang." Aku memeluk erat putriku.
Aku juga berharap akan segera bertemu dengannya. Dan semoga saja kami berjodoh, doaku dalam hati.
***
Dan akhirnya mereka pun di pertemukan dalam sebuah acara. Sepertinya Manda juga memiliki ketertarikan kepada Paul. Semua itu terlihat ketika mereka berdua saling terlihat canggung dan salah tingkah. Hal yang tak pernah terjadi pada Manda maupun Paul. Dan satu hal yang cukup mengejutkan Paul dan khalayak umum, ternyata Manda ini memiliki ketertarikan pada otomotif dan dunia balap.
Sudah beberapa kali Manda mengikuti kejuaraan motor sport secara diam-diam. Itulah hal pertama yang membuat Paul dan Manda saling terbuka dan menjadi akrab.
Paul pun memberanikan diri untuk mengajak Manda makan malam berdua lalu ia berencana akan menyatakan perasaannya. Masalah di terima atau tidaknya itu urusan nanti. Yang terpenting Manda mengetahui perasaannya dan itu sudah cukup untuk saat ini.
Paul tak henti-hentinya bersiul bahagia ketika Manda menerima ajakannya untuk makan malam berdua besok malam. Apalagi Manda juga mengizinkannya untuk menjemputnya langsung ke apartemen miliknya.
Keesokan harinya Paul bangun senyuman yang selalu menghiasi wajahnya. Ia sudah tak sabar lagi menunggu malam tiba. Sambil menunggu malam tiba Paul habiskan untuk mempersiapkan acara nanti malam. Ya, ia sangat ingin sekali membuat wanita pujaannya itu terkesan.
Pukul tujuh malam Paul sudah berada di lobby apartemen menunggu Manda. Matanya tak berhenti berkedip ketika melihat Manda datang dan berjalan dengan anggun ke arahnya. Malam ini Manda terlihat sangat cantik dan bercahaya dengan gaun peplum berwarna putih yang dengan pas memeluk tubuhnya. Aura keanggunan menguar dari tubuhnya.
"Maaf sudah membuatmu menunggu lama." Saapan Manda langsung membuat Paul sadar dari keterpesonaannya.
"Tidak. Tidak. Aku baru lima menit di sini. Bisakah kita pergi sekarang?" Timpal Paul berusaha menetralkan dirinya yang sedang gugup sambil mengulurkan tangannya.
"Tentu saja." Jawab Manda sambil tersenyum dan melingkarkan lengannya di lengan Paul.
Lalu mereka berdua pun pergi menuju tempat yang sudah di siapkan oleh Paul. Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam akhirnya mereka sampai di sebuah restoran.
Seorang pelayan langsung membawa mereka ketempat yang telah di pesan oleh Paul.
"Astaga, tempat ini benar-benar indah sekali." Manda terlihat terpesona melihat tempat yang sudah aku siapkan. Sengaja aku penuhi dengan mawar putih yang memang bunga kesukaannya.
"Apakah kau suka? Aku memang sengaja menyiapkannya hanya untukmu." Jawabku sambil memandangnya.
"Tak perlu berlebihan seperti ini, Paul. Tapi, terima kasih banyak untuk kejutan yang indah ini." Tubuhnya menegang ketika Manda dengan tiba-tiba mengeratkan genggamannya di tanganku sambil menatapku lembut.
Lalu Paul membantu Manda duduk. Lalu mereka pun memulai makan malam romantis mereka dengan di iringi oleh alunan musik yang sangat romantis. Dan ketika sedang menikmati hidangan penutup Paul memulai kejutannya.
"Manda, lihat ke sebelah sana." Ucapku sambil mengarahkan telunjukku ke arah yang aku maksud.
Dan saat Manda memandang ke arah yang aku maksud semua lampu di padamkan. Lalu tulisan "Would you be mine my lady, Amanda?" Itu muncul. Dan hanya dengan di terangi cahaya temaran dari lilin-lilin aku bisa melihat dengan jelas Manda yang terkejut sambil membekap mulutnya. Lalu matanya langsung tertuju kepadaku.
"Paul, ini..." ia tergugu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ya, maaf membuatmu terkejut. Tapi aku hanya ingin kau tahu bahwa sudah sejak lama aku menyimpan perasaan ini untukmu. Bahkan aku tak peduli jika kau menolakku. Karena aku hanya ingin mengatakan I love you Amanda. I love you with all of my heart and all of my soul." Ucapku mantap.
"Paul...." tiba-tiba saja Manda memelukku, "I love you too." Bisiknya tepat di telingaku.
"Jadi apakah kau menerimaku dan sekarang kita..." tanyaku hati-hati dan menggantung kata-kataku.
"Ya Paul, aku menerimamu." Ucapnya lagi sambil menatapku lembut.
Aku langsung mempererat pelukanku. Setelah beberapa saat aku melonggarkan pelukanku lalu menangkup wajah cantiknya dengan kedua tanganku. "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Ungkapku lalu aku mencium bibirnya. Terasa manis, hangat membuatku gila dan membuatku ketagihan.
Malam terindah dalam hidupku. Semoga kami bisa seperti ini hingga maut memisahkan kami kelak. Dan keinginanku untuk memperistrinya semakin kuat.
"Aku ingin kau bertemu dengan putriku, sayang." Ucapku.
"Aku merasa senang karena kau mau memperkenalkanku dengan putrimu. Tapi apakah ia akan menerimaku?" Ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
Saat kami sudah berada di apartemen milik Manda. Kami menghabiskan malam sambil menikmati bintang-bintang yang bertaburan di langit sepulang dari makan malam tadi.
Ketika bersamanya perasaanku begitu nyaman. Tak ada keinginan untuk menjadikannya benar-benar milikku. Karena aku tahu sekali prinsip yang di pegang kuat oleh Manda. Bahkan Zac Efron mengaku belum pernah sekalipun bercinta dengan Manda. Karena ketika di sampingnya yang ada hanyalah perasaan ingin menjaganya tanpa dorongan untuk melakukan hal-hal yang lebih intim dan di dasari oleh nafsu yang hanya sesaat.
Dan sekarang aku merasakan sendiri ucapan Zac. Dengan memeluknya seperti ini aku merasa tenang dan begitu intim dengannya.
"Meadow akan menyukaimu sayang, karena Meadow itu salah satu penggemarmu." Aku meyakinkannya, "Apalagi kalian memiliki nama belakang yang sama Rain." Jelasku.
"Ah, benarkah?" Tanyanya dengan nada terkejut.
"Kau tahu Meadow setiap hari yang menyemangatiku untuk menyatakan perasaanku padamu. Aku merasa seperti remaja yang baru jatuh cinta." Akuku dengan jujur.
Manda hanya tertawa renyah mendengar ceritaku tentang Meadow. Malam semakin larut dengan berat hati aku pun pamit. Lagipula wanitaku ini sudah terlihat lelah, tapi karena besok kami akan pergi ke California untuk bertemu putriku yang beberapa bulan terakhir ini telah tinggal bersamaku.
***
Keesokan harinya kami pergi dari apartemen Manda pagi-pagi buta. Setidaknya bisa meminimalisir tertangkap kamera oleh para paparazi. Kami langsung menuju ke bandara karena kami akan menggunakan sebuah jet pribadi. Agar privasi kami lebih terjaga.
Dan saat ini pesawat yang kami tumpangi sudah lepas landas. Selama perjalanan aku terus memeluknya. Rasanya masih tak percaya bahwa saat ini Manda telah menjadi kekasihku. Berkali-kali aku menghirup wangi tubuhnya hanya untuk meyakinkan bahwa semua ini benar-benar mimpi.
"Ah iya, aku lupa bilang kalau aku juga punya rumah di California." Ucap Manda tiba-tiba.
"Benarkah? Bagus sekali, dengan begitu kau dan Meadow bisa semakin saling mengenal." Ucapku sambil membelai rambutnya. "Kau tahu semua ini rasanya seperti mimpi. Bisa memelukmu seperti ini dulu hanyalah angan semata." Ucapku.
"Ini bukan mimpi, sayang." Jawabnya sambil membelai pipiku lembut. "Ah iya, sepertinya aku akan mulai sibuk rekaman untuk album keduaku. Maaf jika tidak bisa bersamamu setiap saat." Lanjutnya lagi.
"Tidak apa-apa sayang, aku mengerti. Maka dari itu aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu sebelum kembali ke tempat lokasi syuting." Timpalkuku.
"Terima kasih." Ucapnya sambil mengecup lembut bibirku.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya kami sampai di California dan langsung menuju ke rumahku. Rencananya Manda akan menginap selama beberapa hari bersamaku dan Meadow sebelum kembali ke rumahnya sendiri.
Dan reaksi Meadow benar-benar membuatku bahagia dan ia tak berhenti tersenyum. Meadow sangat welcome sekali pada Manda. Mereka berdua langsung cocok dan terlibat perbincangan yang seru beberapa menit kemudian. Mereka melupakan keberadaanku.
Dan yang mengejutkan Manda memperbolehkan Meadow untuk memanggilnya dengan sebutan Mommy. Jangan tanya bagaimana bahagianya aku saat ini.
Beberapa saat ini benar-benar sangat menyenangkan sekali. Kami benar-benar merasa seperti keluarga kecil yang bahagia. Aku merasa sangat lengkap. Tempat kosong yang tak terjamah yang ada di dalam hatiku kini di penuhi oleh Manda, Manda dan Manda.
***
Tak terasa kami sudah hampir enam bulan berpacaran. Dalam waktu enam bulan aku sudah benar-benar yakin untuk menjadikannya sebagai Mrs. Walker. Bahkan diam-diam aku sudah menyiapkan kejutan untuk melamarnya. Entah mengapa aku begitu yakin untuk menikahi dan memperistrinya. Meskipun kami belum terlalu lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Dan akhirnya hari bahagia itupun tiba. Aku resmi menyunting Manda di kota kelahirannya pada bulan Juli 2012. Acara pernikahan kami tertutup, terbatas hanya untuk keluarga saja.
Teman-Temanku di Fast And Furious family pasti terkejut dan tak akan menyangka bahwa selama ini aku memiliki hubungan dengan wanita yang paling di minati tahun ini.
Setelah resmi menikah kami kembali ke California. Menunda rencana bulan madu karena kami sama-sama sedang sibuk apalagi Manda baru merilis album keduanya.
Manda bercerita bahwa di albumnya yg kedua ini sebagian besar dia yang menulisnya. Dan merupakan isi hatinya. Sejak pertama kali bertemu denganku dan akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan.
Manda sedang ramai sekali di beritakan oleh media perihal tentang perubahan penampilannya yang mulai agak terbuka dalam video clip pertamanya. Aku hanya bisa tersenyum. Bagaimana nanti jika video klipnya yang baru saja selesai syuting di rilis? Reaksi mereka pasti akan lebih heboh dari sekarang.
Selain Manda terlihat sexy, aku juga menjadi model pria di dalam video klipnya yang terbaru itu. Selama ini memang tak ada yang mengetahui hubungan kami. Pasti berita pernikahan kami akan jadi berita yang menghebohkan jika terendus media suatu saat nanti.
Sudahkah aku bilang bahwa saat ini Manda sedang mengambil libur di karenakan kesehatannya yang mulai drop. Aku di beritahu oleh Meadow, ia khawatir melihat kondisi Mommynya. Dan disinilah aku sekarang dalam perjalanan pulang ke rumah untuk melihat keadaan istri dan putriku tercinta. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya aku sampai di rumah dan langsung di sambut oleh Meadow.
"Daddy..." sapanya dan langsung memelukku.
"Hai sayang, daddy sangat merindukanmu. Kau baik-baik sajakan?" Tanyaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Aku baik Dad, tapi tidak dengan Mommy. Mom tidak mau di periksa dokter." Jelasnya dengan nada khawatir. Terlihat jelas bahwa Meadow sangat mengkhawatirkan Manda. Aku benar-benar terharu melihat kedekatan mereka berdua.
"Ya sudah, biar daddy saja yang membujuk mommy agar mau pergi ke dokter." Setelah mencium kening Meadow aku langsung menuju ke kamar dan mendapati Manda sedang berbaring di tempat tidur sedang memijit-mijit kepalanya.
Wajahnya terlihat sangat pucat. Itu membuatku hatiku terasa sakit. "Sayang, bagaimana keadaanmu?" Mendengar kedatanganku Manda langsung membuka matanya perlahan.
***
Aku benar-benar tak mengerti ada apa sebenarnya dengan tubuhku ini. Setiap makan yang masuk ke dalam tubuhku pasti takkan bertahan lama. Tubuhku sudah benar-bener lemas. Sampai tiba-tiba aku mendengar suara suamiku tercinta. Dengan perlahan aku membuka kedua mataku yang terpejam.
"Pa-Paul... Kau sudah pulang." Jawabku lemah.
"Aku langsung pulang setelah mendengar kondisimu dari Meadow." Jawabnya, terdengar jelas kekhawatiran dari suaranya.
"Aku tidak apa-apa, sungguh." Elakku.
"Ayo kita ke rumah sakit. Aku tak mau terjadi sesuatu denganmu, sayang." Paksanya sambil membelai lembut puncak kepalaku.
Akhirnya aku menyerah ketika Paul membawaku ke rumah sakit, Meadow ikut menemaniku ke rumah sakit. Saat ini kami sedang menunggu dokter membacakan hasil pemeriksaan yang sudah aku lakukan tadi.
Paul benar-benar terkejut dan sangat bahagia ketika mendengar bahwa saat ini aku tengah mengandung dan usia kandunganku sudah memasuki bulan ke tiga. Ya ampun, mengapa aku bisa tidak menyadarinya.
Sepanjang hari itu Paul dan Meadow tidak biasa berhenti bersenandung. Mereka berdua sangat bahagia sekali. Meadow tak sabar menunggu adiknya terlahir ke dunia ini.
"Sayang, terima kasih. Terima kasih untuk semuanya." Paul memelukku dengan begitu hangat ketika kami sampai di rumah. Sedangkan Meadow langsung sibuk memberitahukan kabar kehamilanku pada keluarga yang lain.
"Tidak, harusnya aku yang berterima kasih. Karena bayi ini memiliki ayah sebaik dan sehebat dirimu, sayang." Timpalku sambil membenamkan wajahku di dadanya. "Semuanya terasa lengkap sekarang. Aku benar-benar bahagia. I love you more more and more." Ucapku sambil mempererat pelukanku.
***
Tepat bulan April 2013 aku melahirkan seorang bayi laki-laki tampan yang merupakan replika dari Paul. Dan Paul memberinya nama Paul William Walker V. Will kecil memiliki ketampanan ayahnya, bahkan ia mewarisi mata dan senyuman maut ayahnya yang indah dan mematikan itu. Aku merasa menjadi wanita yang seutuhnya dan sempurna, benar-benar sempurna.
Dan hebatnya lagi tak banyak yang tahu tentang pernikahanku dengan Paul selain teman-teman Paul di Fast And Furious. Bahkan ketika aku melahirkan Will.
Saat ini aku sedang berada di perjalanan menemani Paul untuk menghadiri pemutaran perdana Fast And Furious 6. Ketika aku keluar dari mobil dan Paul melingkarkan tangannya di pinggangku semua orang yang datang di sana langsung mengalihkan perhatiannya kepada kami. Bahkan Vin Diesel dan Tyrese Gibson tak menyangka bahwa Paul berhasil menaklukanku dan mengikatku dalam sebuah pernikahan.
Saat ini kami sedang menjawab beberapa pertanyaan dari para wartawan itu.
"Amanda ini sekarang adalah istri sah saya. Ibu dari Meadow dan si kecil William." Jelas Paul kepada para pers itu dengan bangga.
Setelah itu kami berdua masuk ke dalam gedung pertunjukan. Dan selama itu pula Paul tidak melepaskan genggaman tangannya padaku. Hatiku langsung di liputi oleh perasaan bahagia. Aku sangat mencintai pria ini, meskipun umur kami terpaut cukup jauh. Namun aku tidak mempedulikan semua itu. Yang aku tahu bahwa aku sangat mencintai Paul dan setiap hari aku jatuh cinta kepadanya.
Aku bahagia menjadi ibu bagi Meadow dan William. Mungkin aku akan berhenti secara bertahap dari pekerjaanku. Menjadi seorang istri dan ibu sangat menyenangkan bagiku. Dan aku menikmati peran baruku itu. Aku hanya ingin jadi istri dan ibu yang bagi suami dan kedua anakku. Aku ingin membahagian mereka.
"Ada apa, sayang?" Tanya Paul yang menyadari perubahan ekspresiku.
Aku menggelengkan kepalaku, "Aku sangat mencintaimu." Ucapku lirih.
"Aku juga sangat mencintaimu, sayang." Jawabnya sambil mengecup bibirku kilat.
***
Tidak terasa Will semakin besar dan tampan. Ia benar-benar replika dari suamiku. Will sangat pintar dan menggemaskan sekali. Usianya sekarang sudah delapan bulan.
Aku baru saja menyelesaikan syuting video klip terbaruku untuk single. Lagu yang aku tulis dan rencananya akan masuk di album ketigaku yang masih dalam proses. Tentu saja suamiku yang menjadi model prianya.
Hari ini hari sabtu, tepatnya tanggal 30 November 2013. Entah mengapa hari ini aku begitu resah, sangat resah bahkan. Sebenarnya sudah sejak seminggu yang lalu aku merasakan perasaan seperti ini. Perasaan tidak enak itu begitu menggangguku.
Dan rencananya hari ini Paul akan menghadiri acara amal yang di adakan oleh organisasi kemanusiaan miliknya di salah satu toko mobil milik sahabatnya Roger Rodus. Tadinya aku akan pergi menemaninya tapi Will mendadak demam sehingga Paul pergi sendiri ke acara itu.
Anehnya juga hari ini aku ingin di temani oleh ayah dan ibu mertuaku. Untung saja mereka dengan senang hati menemaniku di rumah. Dengan alasan mereka sangat merindukan Meadow dan Will yang sudah mulai bisa belajar melangkahkan kaki kaki mungilnya itu.
Pukul tiga lewat dua puluh menit siang ke khawatiran, ketakutan dan perasaan cemas itu semakin menggerogotiku. Yang kulakukan hanya berjalan mondar mandir.
"Ada apa?" Tanya ibu mertuaku.
"Entahlah Maa, aku merasa sangat cemas. Sebaiknya aku akan menelepon Paul saja." Jawabku.
"Lakukan jika itu akan membuatmu tenang. Biarkan Maa dan Paa di sini menjaga Meadow dan Will." Timpal ayah mertuaku.
Lalu aku bergegas masuk ke kamar dan segera menghubungi Paul. Pada deringan kedua barulah Paul mengangkat panggilanku.
"Hai sayang, aku merindukanmu." Ucapnya di seberang sana.
"Cepatlah pulang, aku sangat mengkhawatirkanmu." Entah mengapa suaraku jadi terdengar terisak seperti ini.
"Hei ada apa, sayang? Aku baik-baik saja. Aku akan langsung pulang setelah melakukan test drive mobil porsche terbaru miliki Roger dulu. Sepertinya ada masalah dengan mobil itu." Jelasnya.
"Tidak, kau harus pulang Paul. Demi Tuhan, aku akan marah jika kau tetap akan melakukan test drive itu." Ancamku dengan setengah berteriak.
"Jangan marah sayang, kumohon. Aku akan baik-baik saja, lagipula Roger yang akan menyetirnya bukan aku." Jelasnya berusaha meyakinkanku.
"Apapun alasannya aku tetap tidak setuju. Kau benar-benar membuatku marah, Paul." Desisku sambil menggigit bibirku mencoba menahan tangis.
"Maafkan aku sayang, aku janji akan segera pulang. Aku sangat mencintaimu, kau tahu itu kan. Baik-baiklah di rumah jaga Meadow dan Will selama aku pergi. Oke."
Entah mengapa aku malah menangis sesenggukkan ketika mendengar kata-katanya. Rasanya ia seperti sedang mengucapkan salam perpisahan kepadaku.
"Sayang, aku harus pergi sekarang. Sampai nanti, i love you Angel." Pamitnya.
"Love ya more." Balasku lirih.
Setelah sambungan terputus aku langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahku. Aku tidak boleh terlihat seperti ini di depan kedua anakku dan mertuaku. Setelah itu aku memutuskan untuk keluar kamar melihat Meadow dan Will.
"Mom, apakah Mom baik-baik saja?" Tanya Meadow tiba-tiba.
"Mom hanya merasa sedikit pusing, sayang." Jawabku.
"Beristirahatlah, Manda." Perintah ibu mertuaku.
"Tidak perlu Maa, sepertinya meminun sebutir advil rasa sakitnya akan segera reda." Ucapku lalu bergegas pergi ke dapur untuk mengambil advil dan segelas air putih lalu membawanya ke ruang keluarga.
Aku langsung meminum obat itu, tapi anehnya tiba-tiba saja dadaku terasa begitu sakit dan sesak hingga aku menjatuhkan gelas yang sedang aku pegang. Paul, gumamku lirih.
"Ada apa, sayang?" Ibu mertuaku langsung menghampiri.
"Entahlah Maa, tiba-tiba saja aku merasa sangat cemas dan khawatir sampai membuat dadaku terasa sakit dan sesak." Jelasku, "Aku akan membersihkan pecahan gelasnya dulu." Ucapku sambil bersiap untuk berdiri dari posisiku.
Ketika aku berdiri tiba-tiba telepon rumah berdering. Ayah mertuaku yang menerimanya. Dengan perasaan yang tak menentu aku memperhatikan ayah mertuaku. Tubuhku rasanya beku dan terpaku di tempat itu. Tiba-tiba saja ekspresi ayah mertuaku berubah menjadi syok dan terluka. Ia menatapku hati-hati sambil meletakkan gagang telepon.
"Siapa yang menelepon, Paa?" Namun papa tetap terdiam, "Ada apa?" Tanyaku kembali.
"Paul... Paul..." jawabnya tergugu.
"Paul kenapa, Paa? Ada apa dengan suamiku?" Suaraku bergetar hebat.
"Paul kecelakaan..." jawabnya lirih.
"Ya Tuhan..." aku langsung terjatuh ke kursi yang ada di belakangku. Dadaku begitu sakit, "Aku mau ke rumah sakit menemuinya." Sekuat tenaga aku berusaha bangkit dari posisiku, namun lututku benar-benar lemas.
"Mobilnya terbakar dan meledak... Paul dan Roger meninggal seketika." Jelas ayah mertuaku.
Aku seperti di sambar petir di siang hari, "Tidak, itu tidak mungkin, Paa. Tadi kami baru saja mengobrol di telepon." Elakku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku tak percaya.
"Paul meninggal, Manda." Tegasnya lagi.
"Tidak.... Ini tidak mungkin." Duniaku langsung berhenti dan hancur begitu saja di telapak kakiku. Dadaku semakin terasa sakit. Ini tidak mungkin. Paul berjanji akan segera pulang untuk menemuiku, Meadow dan Will. Namun tangisan Meadow langsung menamparku begitu keras. Menyadarkanku bahwa semua ini nyata.
Tubuhku membeku. Hingga akhirnya aku limbung dan keadaan sekitarku menjadi gelap.
***
Mataku perlahan membuka ketika mendengar suara Meadow yang terisak memanggil namaku, "Mommy bangun, Meadow butuh mommy." Ucapnya sambil terisak.
"Sayang..." panggilku, lalu Meadow langsung menghambur kedalam pelukanku dan menangis.
Aku tak tahu harus berkata apa saat ini. Rasanya otakku berhenti bekerja, mulutkupun kelu. Aku berharap bahwa semua ini hanya mimpi. Tapi tidak. Semua ini nyata.
Saat ini rumah sudah di penuhi oleh oleh kakak dan adik Paul serta sanak saudara yang lain. Maa menemaniku di kamar, karena Will terus menangis ketika aku pingsan tadi. Maa bilang banyak yang ingin menemuiku tapi Paa tidak mengijinkan, karena kondisiku tidak memungkinkan.
Aku hanya bisa duduk di atas tempat tidur sambil memeluk Meadow dan Will yang mulai tertidur di pangkuanku. Aku menangis dalam diam. Tuhan, mengapa secepat ini? Mengapa Tuhan? Teriakku dalam hati.
Akhirnya Maa membawa Will yang sudah tidur ke kamarnya. Meninggalkan aku dan Meadow yang kini sedang menangis sambil saling berpelukan.
"Aku harap semua ini mimpi, Mom. Tapi... tapi semua ini nyata." Ucap Meadow di sela isakannya.
Lagi, aku hanya terdiam tanpa menjawab ucapan putri cantikku. Suaraku tercekat dan tersangkut di tenggorokanku, lidahku kelu untuk mengucapkan kata-kata. Aku hanya bisa mempererat pelukanku pada Meadow sambil menghela nafas berkali-kali. Mencoba untuk meredakan rasa sakit dan sesak di dalam dadaku.
Ucapan belasungkawa dengan cepat berdatang tanpa henti. Ternyata banyak sekali orang yang merasa kehilangan sosok suamiku. Sedangkan aku terisolasi di dalam kamar, aku belum sanggup untuk bertemu dengan orang banyak. Satu hal yang aku tahu, bahwa hidupku takkkan lagi sama setelah kepergian Paul.
Setelah melakukan berbagai otopsi akhirnya pihak forensik menyerahkan jenazah Paul kepada kami untuk selanjutnya di makamkan. Acara pemakaman ini benar-benar tertutup, aku tak mau ada seorang wartawanpun yang meliput.
Tangisku pecah selama prosesi memasukan peti Paul ke tempat peristirahatannya yang terakhir dan abadi. Hingga lubang itu selesai di tutupi oleh tanah mataku tetap basah.
Aku berdiri di samping pemakamannya. Memandang nanar pada batu nisan yang telah terpahat nama suamiku.
"Wait for me in heaven, honey." Ucapku lirih sambil meletakkan setangkai bunga mawar putih.
when faced with the darkest day
with an endless night when I lay awake
only thought of you can pull me
through
when shadowed by greyest cloud
weighed down by darkest self doubt
memory of your smile
can pull me out
all I feel is you
all I feel is you
how can it be that
all I feel is you
and when I close my eyes
world drifts away
all is far behind
where do my thoughts rush to
they race till they find you
in the deepest sleep
in the middle of my most secret dream
it’s your face I see
your eyes following me
all I feel is you
all I feel is you
how can it be that
all I feel is you
(Natalia Safran - All I Feel Is You)
-THE END-