Jika kau merindukanku tataplah bintang yang bertebaran di langit saat malam tiba. Karena pada saat yang sama aku juga melakukan hal yang sama. Memandangi langit malam yang di hiasi oleh pendaran sinar dari bintang-bintang. Karena aku yakin dengan cara seperti itu rasa rindu kita akan saling terhubung, meskipun jarang memisahkan kita.
Kata-kata itulah yang terngiang di kepalaku setiap malam sejak satu tahun yang lalu. Gale mengatakan hal itu kepadaku di sesaat sebelum kami berpisah. Setiap hari kami selalu berkomunikasi namun tetap saja, semua itu belum cukup untuk mengobati rasa rindu yang kerap kali menggerogoti relung hatiku.
Akan lebih menyenangkan jika setiap hari bisa melihatnya seperti dulu. Memeluknya, menyentuh wajahnya, mendengar suaranya. Semua terasa lebih menyenangkan. Tidak seperti sekarang ini. Entah kapan Gale akan kembali ke kota ini, aku benar-benar merindukannya.
Bahkan sudah tiga hari Gale tak kunjung menghubungiku. Perasaan khawatir terus menghantuiku selama tiga hari terakhir ini karena aku juga tak bisa menghubunginya. Gale tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Gale, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Mengapa kau tak kunjung menghubungiku? Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu, Gale.
Hembusan angin yang semakin dingin dan menusuk tulang-tulangku memaksaku untuk tersadar dari semua lamunanku. Tak kusadari tubuhku mulai menggigil karena kedinginan, dengan terpaksa aku beranjak dari balkon dan masuk ke dalam kamar. Setelah menutup pintu kaca, aku langsung naik ke atas tempat tidur dan bergelung di balik selimutku yang tebal. Berharap tubuhku yang tadi kedinginan akan segera mendapatkan kehangatan.
Aku kembali terhanyut dalam lamunanku yang sempat terputus tadi. Kepalaku langsung di penuhi oleh Gale. Dengan sekuat tenaga aku paksakan kedua mataku untuk tertutup, tapi rasanya sulit. Setelah setengah jam berusaha keras untuk tidur akhirnya aku menyerah dan memilih untuk meminum obat tidur. Usaha itu berhasil karena lima menit kemudian mataku sudah terasa berat dan akhirnya aku tertidur. Tenggelam dalam kegelapan yang biasa menemaniku.
***
Satu minggu berlalu dan masih belum ada kabar dari Gale. Membuatku tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan setiap pekerjaanku di kantor. Apapun yang aku lakukan dan aku pikirkan selalu berubah menjadi Gale.
Gale, mengapa kau belum juga menghubungiku? Aku hampir putus asa mencari tahu keberadaanmu. Kau menghilang bagai di telan bumi. Apakah yang sebenarnya terjadi padamu Gale? Cepatlah memberi kabar agar aku bisa merasa tenang menjalani semua rutinitasku.
Sepulang dari kantor aku memutuskan untuk pergi ke pantai sebelum pulang ke apartemen. aku benar-benar membutuhkan tempat yang sangat tenang. Dan pantai adalah pilihanku meskipun aku lebih memilih untuk pergi mendaki ke gunung. Tapi mendaki ke gunung butuh persiapan yang matang sedangkan ke pantai tidak perlu.
Maka di sinilah aku saat ini, di salah satu pantai yang sering aku jadikan tempat pelarianku. Pantai adalah tempat kedua yang selalu aku jadikan tempat bersembunyi. Bersembunyi bukan untuk menghindar atau lari, tapi untuk mendapatkan ketenangan. Aku sangat membutuhkan ketenangan itu sebelum aku menyelesaikan permasalahan yang sedang aku hadapi.
Duduk di atas hamparan pasir putih sambil memandang lurus ke arah lautan yang luas dan tak berujung di depanku. Membiarkan angin laut menerpa dan memainkan setiap helaian rambutku. Suasana seperti inilah yang akan membuat suasana hatiku berangsur-angsur membaik. Meskipun jujur hanya Gale-lah yang mampu membuatku kembali tersenyum.
Mataku menutup secara otomatis ketika angin laut dan suara deburan ombak yang saling berkejaran. Menciptakan sebuah simfoni yang membuaiku, menghantarkan perasaan damai di hatiku meskipun hanya sedikit.
***
Seorang pria yang memiliki wajah tampan bak Adonis sedari tadi memperhatikan seorang wanita yang sedang terduduk di pasir pantai dari kejauhan. Dengan perlahan si pria mulai berjalan ke arah si wanita, namun sepertinya si wanita terlalu asyik dengan lamunan dan dunianya sendiri. Sehingga ia tak menyadari kedatangan si pria. Wanitu itu adalah Dhee, wanita yang selama ini amat di rindukannya.
Gale pun langsung memeluk Dhee dari belakang dan berbisik tepat di telinganya,"Aku benar-benar merindukanmu, baby." bisiknya.
Tubuh Dhee yang berada dalam pelukannya menegang, "Gale..." ucap Dhee dengan lirih.
"Ya, ini aku sayang. Aku sangat merindukanmu." jawab Gale yang semakin mempererat pelukannya di tubuh kekasih tercintanya itu.
"Kau... Apa yang kau lakukan? Ba-bagaimana kau bisa berada di sini?" Cecar Dhee sambil membalikkan tubuhnya menghadap dan langsung menatap mata kekasihnya itu.
"Sudah satu minggu aku berada di sini, sayang." Jawab Gale dengan santai.
Dhee membelalakan matanya terkejut, seketika itu pula amarah langsung menguasainya, "Kau berada di sini dan tidak menemui atau menghubungiku sama sekali?" Pekik Dhee dengan nada suara yang naik satu oktaf. "Tak tahukah kau bahwa aku benar-benar mengkhawatirkanmu, Gale!" Tukas Dhee penuh amarah.
"Maafkan aku, baby. Aku tak bermaksud seperti itu, sungguh. Banyak hal yang harus aku kerjakan di sini sehingga aku tidak sempat untuk menghubungimu." Jelas Gale sambil menangkup wajah kekasihnya itu.
"Jadi pekerjaanmu itu lebih penting daripada aku. Begitu?" Teriak Dhee sambil menyingkirkam kedua tangam Gale yang berada di wajahnya. Dhee langsung berdiri dari posisinya dan betgegas untuk pergi meninggalkan tempat itu. Kemarahan terpancar dengan jelas di dirinya.
Namun dengan sigap Gale menahan pergelangan tangannya dan menarik tubuh kekasihnya itu ke dalam pelukannya. "Maafkan aku, baby. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja aku ingin segera menyelesaikan semuanya. Agar aku bisa bersamamu dalam waktu yang lama." Jelas Gale sambil membelai rambut wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya. Tapi hanya suara terisak yang Dhee keluarkan. "Menikahlah denganku, Dhee." Ucap Gale dengan mantap.
Dhee mendongkakkan wajahnya menatap tepat ke manik mata Gale. Mencari kebohongan atau semacamnya, namun yang di temukannya hanyalah ketulusan di sana. "Tidak." Jawaban singat yang keluar dari mulut kekasihnya itu membuat Gale terkejut dan melepaskan pelukannya.
"Ap-apa? K-kau... tidak tidak kau tidak mungkin menolak lamaranku, kan?" Ucap Gale tergugu, rasanya dadanya begitu sakit ketika mendengar kata penolakan yang keluar dari mulut kekasihnya itu.
Namun Dhee hanya memberikan tatapan acuh tak acuh sambil melipat kedua tangannya. Sikap yang di tunjukkan oleh kekasihnya itu membuat Gale semakin gusar dan resah. Karena hari ini adalah hari yang telah d tunggu-tunggu olehnya.
Hari yang akan menjadi hari besar untuknya dan Dhee. Karena hati ini adalah hari pernikahan mereka berdua. Itulah mengapa Gale tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar sedikitpun pada sang kekasih. Karena Gale ingin memberikan kejutan kepada Dhee, namun ternyata semuanya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan.
Ia malah mendapati Dhee yang marah besar kepadanya. Bahkan yang terparah adalah Dhee menolak lamarannya tanpa memberikan alasan sedikitpun. Padahal semuanya sudah siap, hanya menunggu pengantin wanitanya saja.
"Angel please, don't deny me. You know how much I love you, I wanna marry you, Angel." Tanpa sadar Gale merengek kepada kekasihnya itu namun Dhee masih tak bergeming. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dengan malas Gale menjawab telepon itu tanpa melihat siapa si penelepon.
"Halo." Jawab Gale malas.
"Kakak kau di mana? Mengapa lama sekali, huh. Semua orang sudah menunggu kedatanganmu dan Dhee. Mom dan Dad mulai gelisah." Cerocos si penelepon yang ternyata adalah Lila adik Gale.
"Tunggu sebentar lagi, aku sedang berbicara dengan Dhee." Jawab Gale dengan gusar.
"Aku tidak mau tahu, yang jelas kau harus cepat datang kemari. Jangan sampai kedua orang tua Dhee membatalkan pernikahan ini karena perbuatanmu." Teriak Lila yang langsung memutus hubungan teleponnya.
Kegusaran dan ketakutan terpancar semakin jelas di wajah tampan Gale. Terang saja ia merasa ketakutan, karena butuh perjuangan yang sangat panjang untuk bisa sampai ke tahap ini. Kesuksesannya sebagai seorang CEO tanpa memakai nama sang ayah telah berhasil di dapatkannya. Namun semua itu tak cukup, karena keinginan terbesarnya adalah bisa menjadikan Dhee sebagai istrinya, miliknya selamanya.
"Angel, menikahlah denganku." Ucap Gale sambil memegang kedua bahu Dhee namun Dhee menampiknya.
"Tidak semudah itu Gale, kau benar-benar membuatku marah. Aku kecewa kepadamu." Tukas Dhee sambil memperlihatkan kembali kemarahan dan kekecewaannya.
"Aku tahu bahwa aku salah, Angel. Aku hanya ingin memberikan kejutan padamu, kau tahu bahwa aku menghilang untuk mempersiapkan pernikahan kita. Hari ini adalah hari pernikahan kita." Tubuh Dhee tersentak ketika mendengar penuturan kekasihnya itu.
"Tetap... tidak Gale, jawabanku adalah tidak." Namun Dhee seperti menutup matanya, kejujuran yang telah di ungkapkan oleh kekasihnya seolah masih belum cukup untuk meyakinkannya. Ia tak menampik bahwa hatinya menghangat ketika mengetahui bahwa hari ini adalah hari pernikahannya. Hari yang sangat di tunggu-tunggu olehnya. Tapi entah mengapa ia masih merasa ragu.
"Angel, apa yang harus aku lakukan agar kau mau mempercayaiku kembali? Jika melompat dari tebing bisa membuatmu memaafkanku, maka akan aku lakukan hal itu." Ucap Gale penuh keyakinan dan mulai berjalan ke arah tebing-tebing terjal yang tinggi.
Dhee hanya menatap kepergian Gale dengan acuh tak acuh. Ia yakin bahwa Gale takkan berani melakukan hal bodoh seperti itu, karena Gale hanya menggertaknya saja. Namun keringat dingin mulai muncul di sekujur tubuhnya ketika Gale semakin mendekati tebing itu, ketakutan mulai menyergapnya.
"Gale...." Dhee berteriak memanggil Gale namun pria itu terus saja berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. "Gale... kembali..." Dhee kembali berteriak namun usahanya sia-sia, kekasih itu tak mendengarnya sama sekali.
Dhee mulai berlari untuk mengejar Gale yang kino sudah berada di puncak dan mulai berjalan ke arah pinggiran tebing. Ia semakin mempercepat larinya, mengrahkan seluruh tenaganya. Ia memang marah dan kesal, tapi membuat Gale terjun ke laut dari tebing yang tinggi bukanlah hal di harapkannya. Karena sejujurnya Dhee sangat ingin sekali menjadi istri Gale, itu adalah impiannya sejak lama.
Dengan nafas yang terengah-engah akhirnya Dhee berhasil mengejar Gale. Angin di atas tebing yang begitu kencang.
"Gale... Kembalilah." Dhee berteriak sambil berjalan perlahan mendekati kekasihnya.
"Tidak Angel, akan aku buktikan bahwa aku benar-benar mencintaimu, Angel." Balas Gale.
"Aku mau menikah denganmu Gale, aku mencintaimu Gale. Kemarilah." Dhee kembali berteriak, dan teriakkannya kali ini berhasil membuat Gale mengalihkan perhatiannya kepada Dhee.
"Apa kau serius? Kau mau menikah denganku?" Kini Gale balik bertanya yang langsung di tanggapi dengan sebuah anggukkan oleh Dhee.
Gale langsung menghilangkan jarak di antara mereka berdua. Tanpa aba-aba dan banyak bicara Gale langsung menggendong tubuh Dhee dan segera membawanya pergi dari tempat itu tanpa menghiraukan teriakan Dhee.
Setelah acara pernikahan selesai Gale dan Dhee langsung pergi menuju ke Swiss untuk bulan madu mereka. Saat ini pasangan pengantin baru ini sedang dalam perjalanan menuju ke bandara.
"I love you, Angel." Entah sudah berapa kali Gale mengucapkan kata-kata itu kepasa Dhee yang kini telah resmi menjadi istrinya.
"Gale, berhenti memelukku seperti itu." Ucap Dhee sambil mendorong tubuh suaminya itu yang terus saja memeluknya dengan manja.
"Tidak sayang, aku takkan melepaskanmu." Timpal Gale dengan manja.
Dhee memutar matanya dengan gemas, "Gale, aku takkan lari. Jangan membuatku kesal." Suara Dhee tegas. Dengan berat hati akhirnya Gale melepaskan pelukannya, sedangkan Dhee langsung meregangkan tubuhnya yang pegal-pegal karena sedari tadi Gale terus saja bergelayutan di tubuhnya dengan manja.
***
Setelah pesawat lepas landas aku memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar yang tersedia dalam pesawat jet milik Gale. Tubuhku rasanya remuk, aku tidak pernah tahu bahwa menjalani rangkaian acara pernikahan akan membuatku selelah ini.
Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, tempat tidur ini sangat nyaman. Sedangkan Gale, sepertinya ia masih tertidur di kursi penumpang. Biar sajalah dia tidur di sana jika dia bangun yang ada hanya akan mengganggu acara istirahatku saja.
Ketika sedang berusaha memejamkan mata, tiba-tiba aku merasa sangat haus sekali. Dengan malas aku bangun dari posisiku dan berjalan ke sebuah mini bar yang ada di dalam kamar. Aku menuangkan air putih ke dalam gelas, dengan mata yang mengantuk aku langsung saja memasukkan satu tablet suplemen vitamin C ke dalam air. Setelah menunggu beberapa saat aku langsung meminumnya hingga tandas. Kemudian aku kembali berbaring di tempat tidur tanpa melepas gaun pengantin yang aku pakai.
Baru sepuluh menit berbaring sekujur tubuhku tiba-tiba terasa panas. Nafasku terdengar putus-putus, dengan tertatih aku berjalan menuju ke mini bar dan langsung meminum air putih hingga dua gelas. Namun tubuhku semakin memanas. Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi dengan tubuhku.
Tubuhku menggeliat tidak tenang di atas tempat tidur, membuat kusut seprai satin yang berada di bawahku. Semakin lama rasa panas itu semakin menyiksaku, demi apapun juga aku belum pernah merasakan panas yang seperti itu. Dengan gusar aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan sambil tertatih menuju ke luar kamar.
Dengan susah payah akhirnya aku sampai di tempat Gale sedang terlelap saat ini. Melihat Gale yang sedang terlelap membuat tubuhku bergetar, aku sangat menginginkan Gale sekaranh juga. Dengan tidak sabaran aku langsung mengguncang tubuhnya.
"Gale..." astaga mengapa suaraku terdengar mengerikan seperti itu? "Gale, bangun..." lagi-lagi suaraku terdengar seperti suara desahan. Namun Gale hanya menggeliat sambil menggumam tidak jelas dan kembali tidur.
Gale benar-benar membuatku frustasi, tanpa pikir panjang aku langsung mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Sedangkan tanganku yang bebas berusaha untuk terus membuka kancing kemeja Gale.
Akhirnya Gale membuka kedua matanya dan terkejut melihat wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya itu kini tengan menciumnya dengan penuh nafsu. Wajah Dhee memerah, matanya sayu dan berkabut oleh gairah yang teramat besar. Gale kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini, namun akhirnya Gale mulai membalas ciuman dan cumbuan yang kini tengah di lancarkan oleh Dhee.
Tangan Gale mulai menggerayangi setiap jengkal tubuh istrinya yang masih terbalut oleh gaun pengantin. Tangan Gale bergerak dan menyelinap ke bagian depan tubuh Dhee dan meremas payudaranya dengan gemas. Sedangkan Dhee meresponnya dengan sebuah erangan erotis. Gale mendekap tubuh istri tercintanya lalu bangun dan berjalan ke arah kamar sambil menggendong tubuh Dhee yang masih asyik menciumnya.
Ia langsung membaringkan tubuh Dhee di atas tempat tidur, melupakan semua rasa penasarannya karena ia tak menyangka sekali bahwa Dhee begitu bernafsu dan bergairah kepada dirinya, padahal tadi Dhee mengacuhkannya. Gale terus menerus mencium Dhee tanpa ampun, mencecap setiap sudut bibirnya yang merah. Menciumi lehernya yang jenjang dan memberikan tanda kepemilikannya di sana.
Kemudian ia menyelipkan tangannya untuk membuka gaun yang sedari tadi menempel di tubuhnya, mendorong gaun itu hingga terlepas dan melemparnya ke sembarang arah. Tubuh polos sang istri yang terpampang di depannya benar-benar membuatnya semakin bergairah, Gale langsung mendaratkan bibirnya di salah satu payudara yang menggoda itu. Menghisapnya dengan kuat menbuat putingnya menjadi keras dan semakin sensitif. Kegiatan yang di lakukan oleh Gale di kedua benda kenyal itu membuat Dhee tak henti-hentinya mendesah dan mengerang penuh kenikmatan sambil melengkungkan tubuhnya. Sedangkan kedua tangannya menekan kepala Gale agar terus menghisap kedua payudaranya secara bergantian.
Dhee menyusupkan jemarinya di antara helaian rambut kecoklatan Gale. Terkadang ia meremasnya seiring dengan setiap sensasi kenikmatan yang menjalari tubuhnya. Rasa tak nyaman begitu terasa di bagian tubuh bagian bahwanya. Ia begitu resah dan gelisah karena ingin segera di puaskan oleh Gale. Tangan Dhee menyusup ke tubuh bagian bawah Gale dan membuka gesper ikat pinggangnya dengan terburu-buru.
Gale menghentikan kegiatannya itu untuk membuka celana panjangnya dan menyisakan boxer saja. Dengan ragu Dhee menyentuh bagian paling sensitif tubuh suaminya itu. Bukti gairah terhadap dirinya, dan itu membuat Dhee semakin bergairah. Dengan perlahan ia mengusap-usap penisnya yang semakin lama semakin membesar dan mengeras.
Gale mengerang ketika Dhee mulai melakukan gerakan mengurut secara perlahan pada penisnya itu. Membuatnya semakin tenggelan dalam pusaran gairah yang sangat memabukkan. Dengan tidak sabaran Gale menarik thong yang di pakai oleh Dhee, sehingga tubuhnya kini benar-benar polos tanpa selesai kainpun yang menutupi keindahan tubuhnya.
Kemudian ia mengarahkan kepalanya tepat ke vagina sang istri yang telah sangat basah itu. Dengan gerakan mendadak Gale langsung mendaratkan lidahnya ya g kasar dan panas di sana. Membuat Dhee tersentak dan semakin menggeliat tak karuan akibat sapuan-sapuan lidah Gale yang kasar. Semakin membangkitkan sesuatu di dalam dirinya dan siap untuk meledak.
"Ugh... Gale..." rintihnya penuh kenikmatan dengan suara yang terdengar sangat erotis. Membuat Gale semakin gila bereksplorasi di vaginanya. "Gale... ya Tuhan... ah..." Dhee terus meracau sambil berkali-kali menyebut nama suaminya. Bahkan kini Dhee menempatkan kedua tangannya di kepala Gale dan menekan kepalanya semakin dalam. "Ya, ya, ya.... ah...."
Gale terus menusuk-nusukkan lidahnya di lubang vagina sang istri, sedangkan tangannya sibuk memaikan bagian klirotisnya yang kini telah membengkak. Gale menarik kepalanya dana menggantikan lidahnya dengan jarinya. Dhee merintih ketika Gale memasukkan jarinya dengan perlahan ke dalam vaginanya. Erangan kembali terdengar ketika Gale menggerakkan jarinya dengan gerakan keluar masuk.
Ketika tubuh Dhee mulai mengejang Gale langsung menghentikan kegiatannya, membuat Dhee mengerang frustasi. Gale melepaskan boxernya lalu membuka lebar-lebar kedua kaki Dhee, memposisikan dirinya untuk melakukan penyatuan dengan sang istri. Dhee bergerak-gerak gelisah di bawah kungkungan tubuh Gale, terlebih lagi ketika penis Gale yang keras menyentuh lipatan vaginanya.
Nafas Dhee tertahan ketika Gale mulai mendesakkan penisnya masuk ke dalam vaginanya. Perasaan asing dan tidak nyaman yang kini tengah di rasakannya, namun tubuhnya mulai bergetar di sela-sela rasa sakit yang mulai di rasakannya ketika penisnya semakin dalam dan berhenti karena terhalang oleh sesuatu di dalam sana.
"Buka kedua matamu, Angel." Pinta Gale dengan suara yang serak.
Dengan perlahahan Dhee membuka kedua matanya dan mendapati pandangan Gale yang hanya terpusat kepada dirinya. Pada saat itulah Gale langsung menghentak masuk dengan keras, menerobos penghalang itu dan membuat Dhee menjerit kesakitan, "Ah..." Dhee menjerit kesakitan namun Gale langsung menciumnya agar teriakannya teredam.
Selama beberapa menit Gale hanya membiarkan penisnya tertanam begitu saja di dalam vagina istrinya. Setelah Dhee mulai tenang dan mulai terbiasa barulah Gale melepaskan ciumannya. "Apakah masih terasa sakit? Maaf membuatmu kesakitan, Angel." Ucap Gale sambil mencium air mata yang sempat keluar dari mata Dhee.
Dhee menggeleng lemah sambil menangkup wajah Gale, "Lakukan dengan lembut, Gale." Pinta Dhee dengan mata yang sayu.
"Aku akan melakukannya dengan lembut, Angel." Jawab Gale.
Kemudian Gale mulai menggerakan tubuhnya secara perlahan, awalnya Dhee masih meringis kesakitan namun lama kelamaan hanya desahan kenikmatan yang keluar dari bibir mungilnya itu. Sesuai janjinya Gale memasuk dan mengeluarkan penisnya secara perlahan-lahan. Mereka berdua menikmati percintaan ini dengan saling menyentuh dan berciuman dengan panas dan dalam.
"Faster... please..." ucap Dhee terbata-bata dengan nafas yang terengah.
"Apa... kau yakin?" Tanya Gale dengan nafas yang tak kalah terengahnya.
"Ya, faster... please." Timpal Dhee.
Gale langsung mempercepat gerakannya, hujaman penisnya membuat Dhee semakin sering meracau karena kenikmatan yang kini tengah melingkupinya. Otot-otot di sekitar perutnya mengencang, ribuan kupu-kupu mulai berterbangan di perutnya. Mengirimkan geleyar-geleyar kenikmatan ke vaginanya yang mulai berdenyut. Ketika Dhee hampir mendapatkan pelepasannya, tiba-tiba terdengar suara dari pramugari yang memberitahukan bahwa pesawat akan segera mendarat dalam waktu beberapa menit.
Dengan terpaksa Gale mencabut penisnya yang sedang tertanam di dalam vagina sang istri. Tentu saja itu membuat Dhee memekik frustasi, namun Gale tak menghiraukannya. Ia segera memakai pakaiannya kemudian memberikan sebuah mini dress untuk di pakai oleh Dhee.
"Cepat pakai pakaianmu, Angel. Kita akan segera mendarat." Perintah Gale sambil mengancingkan kemejanya.
Dengan kesal Dhee memakai dress yang tadi di berikan oleh suaminya tanpa memakai pakaian dalamnya. Gale hanya menggelengkan kepala melihat Dhee tak memakai apapun di balik pakaiannya yang kini sedang uring-uringan. Bukan hanya dia tapi ia sendiri pun merasa frustasi karena harus menghentikan kegiatan bercinta mereka yang hampir saja mendapatkan pelepasan mereka masing-masing.
Setelah pesawat mendarat Dhee terus menerus menekuk wajahnya. Masih terlihat jelas matanya yang masih berkabut oleh gairah yang begitu besar karena belum tertuntaskan. Kemudian Gale menekan sebuah tombol yang berada di sampingnya, sebuah kaca pembatas keluar dari balik kursi supir. Kaca berwarna gelap pekat itu membuat ruang di bagian kursi penumpang menjadi kedap suara. Jadi apapun yang akan di lakukan di belakang sang supir takkan mengetahuinya.
"Kemarilah." Panggil Gale sambil menarik tubuh Dhee ke atas pangkuannya dan mengangkanginya.
Setelah di berada di atas tubuhnya Gale langsung melahap bibir Dhee yang masih terlihat agak bengkak. Dengan penuh nafsu Gale terus menciuminya, membelai lidah Dhee dengan lidahnya. Mencecap setiap sudut rongga mulutnya dengan kelaparan.
Tangannya yang bebas mulai membelai kedua paha bagian dalam Dhee dan langsung menemukan vaginanya yang tak tertutupi oleh apapun. Gale membelai vagina Dhee yang sudah basah, sehingga jarinya dengan mudah masuk ke dalam vagina sang istri. Dhee mengerang di mulutnya karena kenikmatan karena jari-jarinya yang kini telah keluar masuk di vaginanya.
Dhee melepaskan ciumannya ketika Gale semakin cepat menggerakkan jari-jarinya. "Gale..." erangnya.
Nafasnya terengah dengan hebat ketika Gale menarik jarinya dari dalam sana. Dengan cepat Gale menurunkan restleting celananya, kemudian membebaskan penisnya yang sudah mengeras. Gale mengangkat tubuh Dhee dan menurunkan tubuhnya dengan perlahan ke arah penisnya. Dhee mulai menggerakkan tubuhnya naik turun ketika penis Gale sudah berada di dalam vaginanya. Dhee menggoyangkan tubuhnya dengan cepat, sementara Gale sedang asyik menghisap dan meremas kedua payudaranya.
Gale menghentikan kegiatannya bereksplorasi di kedua payudaranya. Gale menarik kepala Dhee kemudian menciumnya, "I love you, Angel." Ucapnya terengah.
Gale menempatkan kedua tangannya di pinggang Dhee, membantu Dhee untuk bergerak naik turun. Dan ketika mereka berdua hampir mendapatkan kembali pelepasannya yang sempat tertunda. Tiba-tiba mobil mereka berhenti, pertanda mereka sudah sampai di tujuan.
Lagi-lagi mereka berdua tidak bisa menuntaskan percintaan mereka untuk yang kedua kalinya. Setelah merapikan pakaian, mereka berdua turun dari dalam mobil dan memasuki sebuah rumah besar bergaya victorian dengan sentuhan moderen. Ya, itu adalah rumah yang telah di sedian oleh Gale. Rumah yang akan menjadi tempatnya membangun keluarga kecilnya persama Dhee wanita yang sangat di cintainya.
Mengapa harus Swiss, karena seluruh bisnis yang di bangun oleh Gales berbasis di negara kecil yang indah itu. Mau tak mau Dhee pun mengikuti Gale untuk tinggal dan bermukim di sana. Setelah berada di dalam rumah, Gale langsung menggendong tubuh Dhee menuju ke kamar mereka. Sebuah kamar yang begitu luas dengan design yang indah.
Gale membaringkan tubuh Dhee di atas tempat tidur yang berukuran besar itu dan mencium keningnya dengan penuh kasih sayang, "Ayo kita selesaikan kegiatan kita yang tertunda tadi, Angel. Kali ini takkan ada yang berani mengganggu kita." Bisik Gale lembut.
Gale langsung menarik dress yang di kenakan oleh Dhee dan melemparnya. Kemudian ia mulai menciumi istrinya itu mulai dari bibir, turun ke leher, menghisap dan meremas kedua payudaranya dengan begitu lembut, menciumi setiap jengkal kulit tubuhnya dan berakhir di vaginanya, tempat favoritnya. Semua itu langsung menyulut kembali gairah Dhee yang tadi sempat padam.
Kali ini Dhee mendorong tubuh Gale, hingga posisi mereka tertukar. Dhee merangkak di atas tubuh Gale dan mulai melucuti seluruh pakaiannya. Dhee terdiam beberapa saat untuk menganggumi pemandangan yang tersaji di depannya, tubuh suaminya yang sangat menggoda dan menggiurkan. Entah mengapa ia tiba-tiba saja menjadi wanita yang sangat agresif seperti ini. Semua ini karena panas yang melingkupi seluruh tubuhnya yang tak kunjung hilang, dan begitu sangat mendamba untuk di sentuh oleh suaminya.
Kemudian Dhee kembali merangkak di tubuh Gale, menggoda penisnya dengan menggesek-gesekkan vaginanya yang sudah basah, membuat Gale mengerang karena Dhee hanya menggodanya. Kemudian Dhee turun dari atas tubuhnya, meraih penis Gale ke dalam genggamannya dan mulai mengurutnya dengan gerakan yang lembut. Gale menatap takjub ketika penisnya ya g telah membesar dan keras masuk ke dalam mulut mungil istrinya.
"Ugh..." Gale mengerang hebat ketika Dhee mulai menghisap dan menjilati penisnya. Sedangkan tangannya memepermainkan bolanya dengan lembut.
Mata Gale berulang kali terpejam dan terbuka dengan sensasi yang kini tengah melingkupinya. Terlebih lagi ketika Dhee semakin memepercepat gerakan dan hisapan di penisnya. Membuat Gale dengan mati-matian menahan agar tidak keluar di mulut istrinya.
"Ya Tuhan, kau bisa membuatku mati, Angel." Racau Gale sambil menarik Dhee dan membimbingnya memasukan penisnya ke dalam vagina Dhee.
Mereka berdua terkesiap secara bersamaan karena dengan posisi seperti ini penis Gale seluruhnya tenggelam di dalam vagina Dhee. Kemudian Dhee mulai bergerak naik turun, dengan Gale memegangi pinggangnya dan melakukan gerakan menusuk ketika Dhee melakukan gerakan menurun. Membuat Dhee memekik. Gerakan yang awalnya pelan semakin lama semakin cepat. Dhee menggoyangkan pinggulnya dan membuat penis Gale terpelintir dengan nikmat.
Ketika sudah merasa hampir mendekati orgasme Gale membalik posisi mereka. Gale menepatkan kedua kaki Dhee melingkari pinggangnya dan langsung menghujamkan penisnya dengan keras membuat tubuhh Dhee tersentak.
"Gale...." erang Dhee karena ia hampir mendapatkan pelepasannya. Ia memeluk erat tubuh Gale ketika orgasme yang hebat menyerangnya, tubuhnya mengejang karena orgasme yang hebat itu.
Gale semakin memepercepat penisnya bergerak keluar masuk, karena vagina Dhee yang berdenyut menghisap penisnya semakin gila-gilaan. Beberapa tusukan yang dalam akhirnya Gale mendapatkan pelepasannya sambil meneriakkan nama Dhee dan menyemburkan seluruh benihnya di dalam rahim sang istri kemudian ambruk.
"I love you, I love you, I love you." Bisik Gale tepat di telinga Dhee yang masih di lingkupi oleh sensasi orgasme yang di dapatnya.
Setelah itu mereka berdua langsung tertidur sambil saling berpelukan karena kelelahan.
***
Cahaya temaram adalah hal yang pertama kali kulihat. Keningku berkerut ketika melihat ruangan asing yang aku tempati. Ah, aku lupa bahwa saat ini aku berada di rumah Gale ah rumah kami maksudku, yang berada di Swiss. Dengan malas aku mengalihkan pandanganku ke samping tempat tidur, namun ternyata Gale tidak berada di sana.
Dengan perlahan aku bangkit dari posisi tidurku. Demi Tuhan, seluruh tubuhku rasanya sakit sekali. Tubuhku terasa remuk seperti habis melakukan pekerjaan mengangkat beban berkilo-kilo. Aku membelitkan selimut untuk menutupi seluruh tubuh polosku, dan mulai berjalan ke arah kamar mandi. Tubuhku sangat lengket, berendam di air panas sepertinya akan membuat tubuhku jauh lebih enak.
Setelah bathtub penuh dan suhu airnya sesuai, aku mulai masuk ke dalam. Aku menghela nafasku dengan penuh kelegaan karena perasaan yang sangat nyaman ini. Melirik ke sebuah jendela berukuran besar yang terletak tepat di samping bathtub. Langit malam kini telah menggantikan siang. Langit malam ini benar-benar indah karena bertabur bintang, membuatku terpesona dan terbuai oleh keindahannya.
"Sayang, apa kau sudah selesai?" Sebuah ketukan di pintu dan suara Gale langsung menarikku keluar dari lamunanku.
"Ya, aku sudah selesai." Teriakku dari dalam sambil beranjak keluar dari dalam bathtub. Kemudian memakai bathrobe dan melilit rambutku dengan handuk.
Ketika aku membuka pintu, Gale tidak ada di sana. Mataku menangkap sesuatu di atas tempat tidur. Sebuah kotak dengan pita berwarna merah menghiasi bagian atasnya. Dengan penasaran aku membuka penutup kotak itu dan menemukan sebuah gaun berwarna hitam dari sutra dengan model backless yang sederhana namun terlihat sangat indah dan elegan.
Aku segera memakai gaun itu dengan pakaian dalam yang berwarna senada, selain itu aku memakai sebuah garter di salah satu pahaku hanya sebagai pelengkap saja. Setelah selesai menyapukan riasan tipis di wajahku, aku langsung bergegas untuk turun dan mencari Gale.
Aku keluar dari kamar dan mulai menuruni tangga dengan perlahan. Rumah yang indah dan semuanya sesuai dengan keinginanku, tak ada satu pun detail yang terlewat. Sesampainya di bawah aku mulai berjalan menunu ke bagian sayap kanan rumah ini. Ketika melewati sebuah ruangan yang ternyata adalah ruang makan aku berhenti dan langsung masuk ke sana. Karena Gale berada di sana tengah duduk menungguku.
Aku berjalan menghampirinya sambil tersenyum, berdiri dan menyambutku. "Kau terlihat sangat mengagumkan, sayang." Ucapnya sambil memandangi tubuhku seperti serigarala yang kelaparan.
"Gaunnya memang indah, Gale. Terima kasih." Timpalku sambil tersenyum simpul. Gale membantuku untuk duduk, kemudian kami mulai menyantap makan malam kami. Makanan ini benar-benar lezat, entah karena aku saja yang sedang kelaparan. Gale hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat cara makanku.
Malam makan yang begitu romantis, karena alunan musik yang mengalun dengan lembut membahana si seluruh ruang makan. Setelah selesai dan diam beberapa saat Gale bangkit dari kursinya dan menghampiriku.
"Maukah menemaniku berdansa, sayang?" Pintanyan sambil mengulurkan tangannya dan sedikit membungkuk.
"Dengan senang hati." Jawabku sambil meraih uluran tangannya. Musik yang lembut itu kembali mengalun, dan kami mulai menggerakkan tubuh kami mengikuti alunan musik. Tubuh kami saling menempel, tak ada jarak sedikitpun di antara kami saat ini.
I'll give the world to make you mine
'Cause I can't go on without you this time, this time
What are you doing tonight, baby?
Let's make tonight special
All I'm asking for is a little love
I look in your eyes (and) baby, I see
You are the only one I ever need
Right from the start you were there
In my heart and my soul
'Cause, baby, tonight
We'll make it right
We'll light some candle light
Make it all night
Oh, how I prayed for someone like you
To make me feel like you do
I'll give the world to make you mine
'Cause I can't go on without
You this time, this time
So let's make tonight special
Something beautiful that
We'll always treasure
Let's make tonight so right
We will make it a night to remember
All of our lives
Baby all of our lives
Baby, tonight
I'll hold you tight
We will be close by the fireside
Baby, I know
That our love will grow
So strong, baby strong
The stars shine so bright
The moon and the sky
Just being here
With you means more than life
(and) since I met you
My heart has been true to you (to you)
So let's make tonight special
Something beautiful that
We'll always treasure
Let's make tonight so right
We will make it a night to remember
All of our lives
Now that I've found you I'll never let go
You are my everything I need you so
Loving you baby is all that I know
I'll never break you heart
Please let me show
Please let me show that I...
So let's make tonight special
(love you baby)
Something beautiful that
We'll always treasure
So let's make tonight so right
We will make it a night to remember (make it a night to remember)
All of our lives (We will make it a night to remember)
So let's make tonight special
Something beautiful that
We'll always treasure
(Something beautiful that we'll always treasure)
Let's make tonight so right (so right)
We will make it a night to remember
All of our lives
Cos all of our lives
So let's make tonight special
Something beautiful that we'll always treasure
(Something beautiful that we'll always treasure)
(Westlife - Let's Make Tonight Special)
"Apakah tidak ada makanan penutup untuk kita?" Tanyaku di sela-sela acara berdansa kami.
"Tentu saja ada, Angel. Aku punya makan penutup yang sangat istimewa dan membuat air liur menetes." Jawab Gale sambil mengedipkan matanya dengan menggoda.
"Oh, benarkah? Aku jadi ingin segera menikmati makan penutup yang istimewa itu, sayang." Timpalku penasaran.
"Apakah kau mau makanan penutupnya sekarang?" Tanya Gale sambil menggerakkan tangannya naik turun di punggungku yang terbuka. Membuatku tergelitik.
Kemudian Gale menghentikan gerakan berdansanya dan menarikku menuju ke sisi lain dari ruang makan. Ia mengangkat tubuhku dan mendudukanku di atas meja yang kosong dan mulai menciumku dengan menggebu-gebu. Sehingga membuatku kewalahan menghadapinya.
"Bukankah kita akan menikmati hidangan pencuci mulut?" Tanyaku dengan nafas terengah setelah Gale melepaskan ciumannya.
"Aku sedang menikmati hidangan penutupku, sayang." Bisiknya dengan suara yang serak.
Aku menghenyitkan dahi mendengar jawabannya, "Apa maksudmu, Gale?" Tanyaku sambil berusaha menjaga kewarasanku karena saat ini Gale sedang asyik meremas payudaraku secara bersamaan, "Ahh... Gale..." erangku.
"Ya sayang, karena kau adalah hidangan penutupku." Jelasnya kemudian kembali menciumku, namun kali ini dengan lembut. Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya dan mengaitkan kakiku di pinggangnya sambil membalas setiap ciumannya.
Sementara tangan Gale yang bebas sibuk melepaskan gaunku. Hingga kini kedua payudaraku yang masih tertutupi oleh bra berenda berwarna hitam terpampang. Gale menyelipkan tangannya dan mulai membebaskan kedua payudaraku.
Sentuhan tangannya di payudaraku membuat tubuhku bergetar. Tangannya memelintir putingku yang mengeras dan menjetikkannya dengan cukup keras.
Menghentikan kegiatan ciuman kami, Gale menurunkan tubuhnya hingga posisi kepalanya tepat dan sejajar dengan payudaraku. Kemudian mulai menjilatinya dan menghisapnya dengan penuh damba. Tanganku secara spontan mengacak rambut Gale di iringi oleh erangan yang tak henti-hentinya keluar dari mulutku.
Setelah puas dengan kedua payudaraku Gale merobek celana dalamku tanpa menyingkirkan gaun yang kini berkumpul di sekitar perutku. Kemudian Gale menurunkan resleting celananya dan membebaskan penisnya yang sudah mengeras dan langsung menghujamkannya ke dalam vaginaku.
"Ugh..." erang keras kembali lolos dari tenggorokanku.
Gale menghujamkan penisnya terus menerus, sedangkan aku mengeratkan pelukanku, menahan tubuhku tetap seimbang dalam posisi duduk karena Gale terus menghujamkan penisnya dengan begitu keras.
"Faster... Faster... Faster..." racauku ketika orgasmeku hampir sampai dan kami mendapatkan pelepasan secara bersamaan sambil meneriakkan nama masing-masing.
Selama beberapa menit kami tetap saling berpelukan. Setelah pernafasan kami kembali normal barulah Gale menarik keluar penisnya.
"Wow, tadi cukup hebat." Ucapnya sambil memperbaiki pakaiannya. Kemudian membantuku untuk berpakaian kembali, "Mengapa kau tidak seagresif saat seperti di pesawat tadi, Angel?" Tanya Gale sambil menggendong tubuhku dan membawaku menuju ke ruang tengah dan duduk di sofa. Namun tetap membiarkanku berada di dalam pangkuannya.
"Entahlah Gale, aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Saat di pesawat tiba-tiba tubuhku terasa panas. Minum bergelas-gelas air putih pun tetap tak bisa menghilangkan rasa panas di tubuhku." Jelasku.sambil memainkan jari-jariku menyusuri wajahnya yang tampan.
"Lalu apakah sekarang kau masih merasa kepanasan?" Tanya Gale sambil menghenyitkan keningnya.
Wajahku merona dengan sendirinya, karena aku malu harus mengungkapkan bahwa rasa panas itu hilang setelah kami bercinta.
"Hey, mengapa kau tidak menjawabku?" Tanya Gale sambil meraih daguku agar aku menatap wajahnya.
"Umm, karena rasa panas itu hilang setelah... setela kita bercinta." Jawabku dengan suara mencicit dan wajahku semakin memanas.
Gale membulatkan matanya terkejut saat mendengarkan penuturanku, "Apa kau meminum sesuatu saat di pesawat?" Tanyanya masih dengan ekspresi terkejut.
Aku berpikir mengingat-ingat apa saja yang sudah aku makan dan minum selama berada di pesawat dalam perjalanan menuju kemari. "Ah, aku ingat. Ketika di kamar aku meminum vitamin C yang di larutkan dalam air, tapi setelah meminumnya tubuhku langsung kepanasan, Gale." Jelasku panjang lebar.
"Ya Tuhan Angel, yang kau minum itu bukan vitamin C." Timpal Gale.
"Bukan vitamin C? Tapi rasanya seperti vitamin C yang sering aku minum. Lalu apa yang aku minum itu?" Tanyaku sambil menyipitkan mataku penuh selidik kepada Gale.
"Umm, jika seseorang meminum obat itu akan membuat orang yang meminumnya merasa kepanasan karena terangsang. Dan rasa panas itu akan hilang dengan cara bercinta." Jelas Gale dengan ekspresi wajah yang bersalah.
"APA?" Aku memekik terkejut mendengar penjelasannya dari Gale. "Untuk apa kau memiliki obat seperti itu, Gale?" Cercarku kesal.
"Karena... karena..." aku langsung mencubiti tubuh Gale sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya. "Ampun sayang, awww... Hentikan." Pekiknya kesakitan.
"Aku tidak akan berhenti, Gale." Ucapku sambil terus mencubiti pipi dan perutnya.
♡THE END♡