JAMES
"Lila ada apa dengan Hanna? Dia baik-baik saja, kan?" Aku langsung mengulangi pertanyaanku kembali, namun Lila hanya terisak di seberang sana. Lalu tiba-tiba saja sambungan telepon terputus.
Aku langsung panik dan mencoba menghubungi Lila, namun tidak tersambung. Lalu dengan keadaan yang panik aku segera menghampiri Zac, Gale dan Mark.
"Zac, kita harus bicara." Panggilku dengan tergesa-gesa.
"Ada masalah apa, James? Kau terlihat kacau." Timpalnya sambil memicingkan matanya menatapku.
"Kau tidak sedang membuat kekacauan kan, James?" Tanya Gale penuh kecurigaan.
"Tidak Gale, aku tidak sedang membuat kekacauan." Jawabku cepat sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Lalu ada masalah apa?" Mark yang sedari tadi diam akhirnya ikut angkat bicara.
"Bisakah salah satu dari kalian menghubungi Lila?" Pintaku sambil menatap mereka satu persatu.
"Ada apa dengan istriku, James? Kau jangan macam-macam." Zac mengeluarkan ancamannya ketika aku membicarakan Lila.
"Aku berharap dia tidak apa-apa, Zac. Dengar, beberapa menit yang lalu Lila menghubungiku, dari suaranya ia terdengar ketakutan." Aku mulai menjelaskan kepada mereka bertiga, "Dan ia mengatakan sesuatu tentang Hanna, istriku. Namun tiba-tiba saja sambungan teleponnya terputus dan aku tidak bisa menghubungi Lila sama sekali." Aku mengakhiri penjelasanku dengan hembusan nafas yang cukup keras.
"Biar aku coba untuk menghubunginya. Sebentar." Zac pamit meninggalkan kami untuk menghubungi Lila.
Beberapa menit kemudian Zac kembali. Namun kini wajahnya terlihat kusut, tidak seperti tadi.
"Bagaimana, Zac? Kau bisa menghubungi istrimu?" Tanyaku dengan perasaan yang tak menentu dan campur aduk.
"Aku tidak bisa menghubungi Lila. Mom juga bilang bahwa Lila belum pulang." Jawab Zac, bisa terdengar ke khawatiran dari suaranya.
"Apakah kau sudah mencoba untuk menghubungi ponsel istrimu, James?" Tanya Gale.
"Aku tak bisa menghubunginya, Gale. Bahkan aku juga tak bisa melacaknya menggunakan GPS." Jawabku dengan lemas.
"Jangan panik, percaya bahwa semuanya baik-baik saja, oke. Meskipun aku sangat mengkhawatirkan adikku, tapi jika bersikap tenang kita pasti akan menemukan cara untuk menghubungi Lila dan Hanna." Mark menengahi sambil mencoba untuk mencairkan suasana yang mulai menegang.
"Mark benar, kita harus bisa tenang agar bisa berpikir jernih." Gale menambahkan.
Akhirnya kami berempat terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai tiba-tiba ponselku kembali berdering, ternyata Lila yang mengerimiku pesan singkat. Mataku langsung membulat sempurna karena terkejut membaca pesannya.
"James, Hanna di bawa oleh seorang pria. Maaf, aku tidak bisa mengejarnya. Mobilku kehilangan jejak mobil pria itu :("
Astaga Hanna. Siapa pria yang di maksud oleh Lila? Ah, jangan-jangan pria yang di maksud oleh Lila adalah Alex. Ya, aku yakin sekali bahwa pria itu adalah Alex. Tapi mengapa ia melakukan hal ini? Aku pikir Alex sudah mundur. Karena sejak pertemuan kami di hotel Alex tak pernah muncul sama sekali.
"Zac, sepertinya kau sudah bisa menghubungi Lila sekarang. Baru saja ia mengirimiku pesan." Ucapku sambil memperlihatkan isi pesan Lila.
Kedua alis Zac langsung bertaut, "Astaga, apa yang sebenarnya ada di pikiran Lila? Bukankah saat ini kehamilannya sudah besar?" Zac mengerang frustasi karena kelakuan Lila.
"Aku sudah mengirimkan orang-orang kepercayaanku untuk melacak keberadaan Hanna saat ini. Jadi kau bisa membujuk Lila untuk segera pulang ke rumah. Atau kau mau ikut pulang ke Miami bersamaku?" Tawarku kepada Zac.
"Sebaiknya kau pulang saja, Zac. Ada aku dan Mark yang akan menangani semuanya di sini." Tawar Gale.
"Baiklah kalau begitu aku ikut pulang ke Miami bersamamu, James." Jawab Zac, "Lalu kapan kita akan berangkat?" Tanyanya lagi.
"Sekarang, Zac." Jawabku mantap. Aku ingin segera sampai di Miami lalu mencari Hanna dengan usahaku sendiri. Demi Tuhan aku sangat mengkhawatirkannya, apalagi saat ini ia tengah hamil buah cinta kami. Aku takkan membiarkan Alex atau siapapun menyentuh mereka berdua. Takkan pernah kubiarkan.
Akhirnya hari itu kembali ke Miami bersama Zac. Selama perjalanan kami membicarakan banyak hal. Aku semakin tahu bahwa Zac memang pantas untuk Lila. Aku jadi merasa bersalah atas perbuatanku yang berambisi untuk memisahkan mereka berdua. Maafkan aku Tuhan.
Beberapa jam kemudian kami sampai di Miami. Aku dan Zac berpisah di bandara. Dari situ aku langsung pergi untuk menemui orang kepercayaanku yang sudah menunggu di penthouse untuk melaporkan informasi tentang istriku.
Namun aku harus menelan kekecewaan karena belum ada satupun dari mereka yang mendapatkan informasi tentang Hanna meskipun sedikit. Keberadaan Hanna saat ini masih belum di ketahui.
Aku mengerang frustasi sambil mengacak-acak rambutku. Entah sudah berapa banyak alkohol yang masuk ke dalam tubuku. Namun rasa cemas itu semakin mencekikku. Alkohol tidak berhasil membuatku menghilangkan perasaan takut, cemas, khawatir dan kehilangan yang menggerogoti relung hatiku.
Hanna... Hanna... Hanna... Kau ada dimana, sayang? Semoga kau dan bayi kita baik-baik saja. Aku berjanji akan segera menemukanmu, bahkan mencari sampai ke ujung dunia pun akan aku lakukan asalkan aku bisa melihatmu kembali.
***
Seminggu telah berlalu, namun aku tak kunjung mendapatkan kabar berita tentang keberadaan Hanna. Aku hampir tidak tidak aku benar-benar merasa sangat putus asa sekali.
Aku tak lagi pergi ke kantor seperti biasanya, yang aku lakukan setelah mencari Hanna adalah menghabiskan waktu berjam-jam di ruang kerjaku dan akan berakhir dengan kondisiku yang mabuk berat. Semua urusan perkerjaan aku serahkan kepada tangan kananku. Karena aku takkan bisa fokus mengerjakan semua pekerjaan-pekerjaan itu dalam kondisi seperti ini.
Alex, jika aku berhasil menemukanmu aku bersumpah akan membunuhmu. Sebuah kesalahan besar karena kau telah bermain api denganku. Lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan kepadamu dan keluargamu. Aku tidak takut meskipun keluargamu adalah salah satu keluarga mafia terkuat. Karena aku akan menghancurkan semuanya.
Maka aku mulai menjalankan berbagai rencana untuk menghancurkan keluarga Grey secara. Kali ini benar-benar takkan aku beri ampun sedikipun. Akan aku jebloskan mereka sekeluarga ke dalam penjara. Tentu saja setelah aku berhasil mengacaukan dan menghancurkan semua perusahaan yang sedang mereka kelola. Akan kubuat mereka bangkrut.
"Bagaimana Andreas? Apakah rencana yang kita jalankan berjalan dengan lancar?" Siang itu aku yang sedang berada di penthouse menghubungi Andreas kaki tanganku.
"Semua berjalan sesuai dengan rencana, Sir. Anda memiliki hampir tujuh puluh lima persen saham di setiap perusahaan milik keluarga Grey. Saya tinggal menunggu perintah anda selanjutnya." Jelas Andreas di seberang sana.
"Bagus sekali, aku tak peduli dengan kerugian yang akan kuterima nanti. Karena aku sudah mempersiapkan semuanya agar perusahaan kita tidak mengalami kerugian. Tunggu perintah selanjutnya dariku." Jawabku.
"Baik Sir, selamat siang." Jawab Andreas singkat.
Lalu aku menutup telepon. Sebuah senyuman langsung menghiasi bibirku. Keluarga Grey tidak cukup cerdik ternyata. Sedikit lagi kalian semua akan hancur. Dan Alex kau akan mati, aku bersumpah akan membunuhmu.
Aku langsung menghubungi Zac, karena Zac mau membantuku. Meskipun sebelumnya Gale melarang karena Galr belum sepenuhnya percaya jika aku sudah berubah dan tidak akan mengganggu Lila lagi. Ternyata meyakinkan Gale cukup sulit.
"Hai James, bagaimana?" Sapa Zac di seberang sana.
"Bagaimana jika bertemu untuk membicarakannya?" Tanyaku.
"Baiklah, kau ingin kita bertemu dimana? Bagaimana jika di kantorku saja." Tawarnya.
"Oke, aku akan segera menuju ketempatmu. Zac, sekali lagi terima kasih. Kau masih mau membantuku meskipun dulu aku selalu berniat untuk memisahkanmu dari Lila." Tukasku.
"Sudahlah James, kita lupakan saja. Lagipula saat ini kau sudah berubah, bukan. Dan Lila senang melihat perubahanmu sekarang. Aku tak punya alasan untuk terus menerus membencimu." Ucap Zac panjang lebar, "Lila saja mau berteman denganmu, mengapa aku tidak." Lanjutnya.
"Terima kasih untuk semuanya, Zac. Sampai bertemu nanti." Gumamku, hatiku merasakan kembali kelegaa. Semua perasaan persalahku pada Lila dan Zac semakin berkurang saat ini. Hanna benar, Zac memang yang terbaik untuk Lila.
Setelah menutup telepon aku langsung pergi menuju ke perusahaan milik Zac.
***
HANNA
Entah sudah berapa lama Alex mengurungku. Entah sedang berada di mana aku saat ini. Ketika mengintip dari balik jendela aku bisa melihat suasana di luar seperti sebuah peternakan.
Beberapa hari terakhir ini Alex jarang berada di tempat ini. Entah apa yang sedang di kerjakannya di luar sana. Karena tak jarang aku mendapatinya sedang marah-marah di ponsel miliknya. Benda yang harus segera aku dapatkan bagaimanapun caranya. Karena itu satu-satunya benda yang bisa membantuku untuk menghubungi James.
Di rumah ini tak ada satupun alat komunikasi. Aku benar-benar merasa terasing di tempat ini, meskipun Alex memenuhi semua kebutuhanku disini, tapi aku tetap tidak senang.
"Bagaimana bisa perusahaan kita mengalami kebangkrutan tiga kali berturut-turut." Suara teriakan Alex yang begitu nyaring membuatku langsung bergegas untuk keluar dari kamar.
Aku melihat sosok Alex yang di kuasai oleh emosi. Amarah benar-benar telah menguasainya. Benar-benar bukan Alex yang aku kenal selama ini. Daripada aku menjadi sasaran kemarahannya yang akan berakibat fatal pada kehamilanku sebaiknya aku diam saja di kamar. Semoga saja aku memiliki kesempatan untuk mendapatkan ponsel milik Alex.