Kamis, 03 April 2014

Love Triangle (Scandal 1)

"Hai Kak Max kapan datang?" Tanya Lila setelah membukakan pintu apartemennya untuk pria yang ia sapa dengan sebutan Kak Max itu.

"Aku baru saja tiba, dari bandara langsung menuju kemari. Kau tahu aku sangat merindukanmu." Pria bernama Max itu langsung memeluk wanita yang ada di hadapannya dengan begitu erat.

"Err Kak, sebaiknya kau masuk saja dulu. Tidak enak jika terlihat oleh orang lain." Ujar Lila, mendengar suara merdu yang amat di rindukannya itu Max langsung melepaskan pelukannya sambil tersenyum dan masuk ke dalam apartemen milik Lila.

"Jadi kau mau minum apa?" Tawar Lila yang tengah berdiri di hadapan pria itu.

"Nanti saja, aku sangat merindukanmu." Ujar Max sambil menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Max sangat merindukan wanitanya itu, meskipun hubungannya masih belum jelas ia sering sekali melakukan sex bersama wanita yang kini ada di pelukannya, tanpa ada kejelasan. Jika ia sedang berada di kota tempat tinggal Lila, karena Max kini tinggal di London untuk mengurus salah satu perusahaannya di sana.

Max sempat syok saat pertama kali berhubungan dengannya, karena ternyata ia bukanlah pria pertama untuk wanitanya itu. Tapi Max tidak mempermasalahkannya, ia sudah terlanjut sangat mencintai Lila. Toh ia sendiri juga buka pria baik-baik yang hanya akan tidur dengan satu wanita saja.

"Jangan memelukku terus, Kak. Kau membuatku kesulitan bernafas, renggangkan sedikit pelukanmu." Protes Lila dengan suara yang di buat seperti orang yang tercekik.

"Baiklah, baiklah. Kau selalu saja merusak kesenanganku, Lila." Rajuk Max sambil terkekeh geli melihat tingkah wanita yang di cintainya itu.

"Tapi kau tetap saja memelukku dengan begitu erat, Kak. Kau bisa membuat remuk badanku." Protes Lila untuk yang kedua kalinya namun hanya di tanggapi oleh Max dengan tertawa.

Dengan enggan Max melonggarkan pelukannya, kemudian Lila melepaskan diri dari pelukan Max dan berdiri. "Jadi mau kubuatkan minuman apa?" Tanyanya lagi.

"Aku ingin kau." Goda Max sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Gombal, ya sudah kalau begitu aku buatkan minuman yang terbuat dari garam dan merica saja." Celetuk Lila sambil beranjak pergi menuju ke dapur.

Beberapa menit kemudian Lila kembali sambil membawa sekaleng minuman soda, "Dan kau membawakan aku sekleng botol minuman, sayang?" Tanyaku sambil menyipitkan kedua mataku. Namun Lila hanya terkikik geli. "Kemari kau." Max menarik Lila hingga wanita itu terjatuh di atas tubuhnya. "Kena kau, sayang." Ujar Max sambil menyeringai. "Aku sangat sangat merindukanmu, Lila." Gumam Max sambil menarik Lila agar lebih merapat kepadanya.

Kemudian Max memagut bibir Lila, mencecap dan menghisapnya dengan begitu lembut. Ciuman yang mereka lakukan semakin lama temponya semakin meningkat. Tak ada lagi ciuman yang lembut, kini hanya ada ciuman-ciuman yang liar. Yang semalin panas dengan menuntut.

Lila pun tak kalah panas dan liarnya membalas setiap ciuman Max. Tangannya kini melingkari leher kokoh pria yang ada di bawah tubuhnya. Menekan bibirnya dan memperdalam ciuman mereka. Sedangkan kini tangan Max tengah bergeriliya di bagian punggung Lila. Tangannya menyusup ke dalam kaos yang di kenakan Lila. Saat menemukan bagian penjepit bra-nya, dengan cekatan Max langsung melepaskannya.

Belainyan tangan Max di kulitnya membuat tubuh Lila bergidik dan meremang. Membuat gairahnya mulai terbangun, semakin lama semakin membesar. Lila mengerang di mulut Max ketika pria itu meremas bokongnya dengan agak keras.

Kini Max telah mengubah posisinya, dirinyalah yang saat ini berada di atas. Sedangkan Lila berada di bawah kungkungan tubuhnya. Tangan Max kembali bergeriliya di tubuh Lila yang masih tertutup oleh pakaian.

Tangannya menuju ke arah payudaranya, kemudian meremasnya dengan lembut. Membuat Lila kembali mengerang dan mendesah karena perlakuannya itu. Max menarik diri dari ciuman panas yang di lakukannya.

Dengan cekatan ia menarik kaos yang di pakai oleh Lila kemudian melemparnya ke sembarang tempat. Max memandangi tubuh Lila dengan tatapan yang memuja. Perlahan ia mengarahkan mulutnya menuju ke salah satu payudara wanita. Menghisapnya dengan dengan lembut kemudian menghisapnya lagi dengan kencang. Membuat Lila terkesiap dan terpekik oleh perlakuannya.

Setelah puas Max kembali memagut bibir yang membuatnya kecanduan itu dengan rakus sedangkan tangannya bergerak ke bagian tubuh Lila. Menelusupkn tangannya ke dalam celana pendek yang Lila pakai. Ia tersenyum puas ketika mendapati bahwa wanitanya itu telah begitu siap untuknya.

Organ kewanitaannya telah begitu siap untuk di masuki. Dan itu membuat kejantanan Max semakin mengeras dan berdenyut menuntut untuk mendapatkan pelepasannya dengan segera.

"Demi Tuhan kau begitu indah Lila." Gumam Max di sela-sela kegiatannya menciumi leher Lila dan membuat tanda kepemilikannya di sana. Meskipun kissmark-nya itu tidak begitu jelas.

Tubuh Lila bergerak-gerak gelisah terlebih lagi ketika Max berhasil menanggalkan kain terakhir yang menutupi tubuhnya. Pemandangan yang ada di bawahnya membuat mata Max semakin berkabut oleh gairah. Sedangkan tangan Lila dengan cekatan mulai membuka kancing-kancing kemeja yang masih membungkus tubuh kekar Max. Tak perlu butuh waktu lama, kini kemeja milik Max bernasib sama dengan pakaian milik Lila yang teronggok di lantai.

Tubuh mereka berdua kini telah polos, tak ada sehelai benang pun yang menghalangi. Max kembali memagut bibir Lila namun kali ini dengan lembut. Sementara tangan Lila mulai menyentuh kejantanan Max yang telah mengacung berdiri tegak dan mengeras itu. Memijit kemudian mengurutnya maju mundur dengan perlahan. Membuat Max mengerang.

Masih memagut bibir Lila, dengan tangannya yang bebas. Max memposisikan kejantannya untuk memasuki kewanitan milik Lila yang telah begitu basah.

"Ugh..." Lila mengerang tertahan ketika kejantanan Max memasukinya dengan perlahan. Matanya terpejam merasakan sensasi yang di rasakannya ketika kejantanan milik Max bergerak masuk dengan perlahan.

"Hentikan hisapan sialan yang nikmat itu, sayang." geram Max menahan gairahnya saat kejantanannya memasuki liang kenikmatan itu, "Aku belum mau keluar." Lanjutnya sambil mulai menggerakkan kejantannya keluar masuk dengan perlahan.

"Ahh... Max..." desahan Lila yang memanggil namanya tidak membuat Max menaikkan tempo permainannya. Ia ingin Lila merasakan keberadaannya di dalam sana setiap inchinya.

Cukup lama Max memacu dirinya di dalam kewanitaan Lila dengan gerakan yang lambat. Dan itu membuat Lila mengerang frustasi. Max tidak pernah bermain selambat ini, ia menyukai Max yang bermain liar, yang mampu membuatnya berteriak karena kenikmatan yang di rasakannya.

"Faster Max, pleaseeee... Ahh..." erang Lila sambil menggerakkan tubuhnya, berharap Max akan mempercepat gerakannya.

"No babe, just enjoy it. I love like this." Bisik Max tepat di telinga Lila, kemudian menggigit cuping telinganya pelan.

"Please... Max, fasteeeehhhh...sshhh.. Ahhh..." Lila kembali mengerang ketika Max menekan kejantannya semakin dalam hingga menyentuh dasarnya.

Tak tega akhirnya Max mempercepat tempo gerakannya. Menjadi cepat seperti yany di minta Lila, "You got what you want, babe." Gumam Max sambil menggeram.

"Ahhh... yesss... shhhh, faster... faster... faster.... ahhh." Racau Lila saat Max memasuk dan mengeluarkan kejantanannya. Menggerakkan kejantannya dengan gerakan melingkar serta memberikan tekanan di titik kenikmatan yang ada di dalam sana.

Max semakin terbakar gairah ketika melihat Lila meremas kedua payudaranya sendiri dengan begitu keras sambil meracau menyebut namanya. Dengan gerakan tiba-tiba Max mengubah posisinya.

Kini ia duduk tegak di atas sofa dengan Lila yang berada di atas pangkuannya. Kejantannya masih tertanam di dalam kewanitan milik Lila. Max langsung melahap payudara Lila yang ada di hadapannya dengan ganas.

"Ahh.... Ssshhhh... Maaxxxxhhhh..." racaunya saat Max menusukkan kejantanannya dengan begitu cepat.

Max berdiri dari duduk dengan dirinya masih menyatu dengan Lila. Lila mengeratkan peganggannya di leher kokoh milik Max. Ia terpekik ketika Max menaik turunkan tubuhnya hingga kejantanan milik Max tertanam di dalam kewanitaannya. Mereka kembali berciuman saat Max berjalan menuju ke kamar Lila.

Max menghempaskan tubuh Lila di atas tempat tidur. Melingkarkan kedua kaki Lila di pinggangnya, kemudia Max kembali menginvasi kewanitaan Lila dengan gerakan-gerakan yang membuat Lila menjerit-jerit karena nikmat. Peluh kini telah membasahi tubuh mereka berdua.

"Max.... shhhh... i-i'm cu-ahhhhhh..." Lila meracau saat ia merasakan otot-otot kewanitaannya mengejang.

"Cum to me, babe..." geram Max dengan gerakan yang cepat.

Akhirnya mereka berdua mengerang panjang saat mendapatkan pelepas bersama-sama dengan meneriakkan nama masing-masing. Mereka saling memeluk dengan begitu erat ketika gelombang orgasme menghantam mereka tanpa ampun. Max menegakkan kepalanya menatap wajah Lila yang masih terpejam karena sensasi orgasme yang tengah di alaminya.

"Kau baik-baik saja sayang?" Tanya Max sambil merapikan anak rambut yang menempel di kedua pipi Lila. Ia masih berada di dalam kewanitaan Lila.

"Aku baik-baik saja, Kak." Jawab Lila, yang kemudian membuka kedua matanya. Ia terlihat begitu kelelahan. Aku keterlaluan? Batin Max.

"Tidurlah sayang, kau terlihat sangat kelelahan." Perintah Max sambil melepaskan dirinya, kemudian berguling ke sisi Lila. Menarik wanitanya ke dalam pelukannya, mendekap Lila dengan erat.

Tak lama kemudian mereka berdua pun terlelap setelah pergulatan mereka yang sangat panas.

***

LILA

Aku menggeliatkan tubuhku yang terasa pegal dan berat. Seperti ada yang menimpa tubuhku, dengan perlahan aku membalik tubuhku. Ah, ternyata Kak Max rupanya. Ia masih saja memeluk tubuhku dengan begitu eratnya. Kini aku asyik memperhatikan wajahnya yang sedang terlelap. Rahang yang kokoh, bulu mata yang panjang, hidung yang mancung. Di tambah lagi bulu-bulu halus yang menghiasi wajahnya menambah kesan seksi.

Entah sampai kapan aku akan terus menjalani hubungan yang seperti ini dengammu, Kak. Aku tak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau pergi menjauh dan berpaling dariku. Aku tahu bahwa aku egois, membiarkanmu tanpa kepastian hubungan kita. Yang kita lakukan selama ini hanya kontak fisik tanpa hubungan yang pasti.

Andai kau tahu bahwa ada pria lain di hatiku, Kak. Ia jugalah yang menjadi pria pertama yang mendapatkan keperawananku. Aku tahu aku kejam, tapi aku tak kuasa menolaknya. Perasaan yang kurasakan kepadanya sama dengan perasaaku kepadamu.

Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya. Karena aku takkan sanggup memilih atau melepaskan salah satu dari kalian, gumamku dalam hati.

Aku kembali menjalankan jariku menyusi wajah Kak Max yang masih terlelap dengan damainya. Andai aku tak bertemu dengannya, mungkin aku mau menjadi kekasihmu Kak. Benar-benar kekasihmu, bukan hubungan yang sedang kita jalanin saat ini.

"Jangan mengganggu singa yang sedang tidur, sayang. Jika kau tidak ingin di terkam." Celetuk Max dengan mata terpejam. Sedangkan aku hanya terkikik geli.

"Bangun Kak, aku kelaparan." Renggekku sambil mengguncang tubuhnya.

"Iya iya aku bangun, sayang." Timpal Kak Max, namun ia malah menarik tubuhku, hingga posisiku kini ada di atas tubuhnya. Kak Max memelukku dengan begitu erat.

"Kak, lepas aku mau mandi." Aku merajuk, namun malah merebahkan kepalaku di atas dada telanjangnya yang bidang. Hangat. Aku jadi merindukan seseorang yang jauh di sana.

"Biarkan seperti ini dulu, sayang." Ucapnya dengan wajah yang terbenam di lekukan leherku.

"Ya sudah." Jawabku singkat.

Keheningan mulai menyelimuti kami berdua. Bahkan aku bisa mendengarkan bunyi detak jantungku dan detak jantung Kak Max.

"Aku mencintaimu Lila, sangat mencintaimu. Aku ingin kau menjadi milikku selamanya." Ucapan Kak Max tiba-tiba langsung membuat tubuhku menegang.

Tuhan, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan untuk menghindari topik seperti ini? Jika ada yang bertanya apakah aku mencintai Kak Max, tentu saja aku mencintainya. Hanya saja aku juga mencintai pria lain.

Jika ada yang bertanya siapakah yang akan kupilih maka akan aku jawab keduanya. Aku akan memilih keduanya jika aku bisa dan memiliki kesempatan itu. Tak peduli jika orang-orang menyebutku egois atau pun bitch. Sungguh aku takkan pernah peduli dengan pendapat orang lain. Karena mereka tak tahu apa yang aku rasakan berada di posisi yang seperti ini.

Sangat membingungkan, hingga rasanya aku ingin kembali ke masa lalu. Menghindari kejadian-kejadian yang akan mempertemukanku dengan kedua priaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar